Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Sosok Hun Manet, Putra Terpilih yang Bakal Gantikan Ayahnya sebagai PM Kamboja
26 Juli 2023 18:52 WIB
·
waktu baca 3 menit![Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Kamboja Letnan Jenderal Hun Manet. Foto: TANG CHHIN Sothy / AFP](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1638518131/mzyec7rr1kyyp25lbuhq.jpg)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pengumuman tersebut muncul tiga hari, setelah partai berkuasa Cambodian People's Party (CPP) yang dipimpin Hun Sen mengeklaim kemenangannya dalam pemilu —hampir tanpa pesaing dari oposisi.
Lantas, siapakah sosok Hun Manet yang bakal secara resmi menjadi perdana menteri pada Agustus 2023 nanti?
Sebagai anak pertama, Hun Manet telah dipersiapkan selama bertahun-tahun oleh ayahnya untuk menjadi suksesor dan terbiasa hidup memiliki privilese.
Lahir pada 20 Oktober 1977, pria berusia 46 tahun ini memiliki latar pendidikan di negara Barat. Dia meraih gelar master di bidang ekonomi dari New York University pada 2002, kemudian gelar PhD di bidang ekonomi dari Universitas Bristol di Inggris.
Hun Sen juga lulusan akademi militer Amerika Serikat, West Point, angkatan 1999. Dia merupakan orang Kamboja pertama yang lulus dari akademi militer AS bergengsi tersebut.
ADVERTISEMENT
Dia kemudian menjadi anggota komite CPP dan menjabat sebagai komandan Angkatan Darat Kamboja sejak 2018, menjadi pemimpin dalam gerakan pemuda CPP, dan sempat bertugas dalam pasukan khusus kontraterorisme.
Hun Manet menikah dengan putri seorang politikus terkemuka di Kamboja, Pich Chanmony. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak.
Tetap Otoriter atau Menjadi Demokratis?
Namun, Hun Manet cenderung jarang diwawancarai media, sehingga petunjuk soal visi untuk Kamboja dan 16 juta penduduknya tersebut masih terbatas.
Masih tidak diketahui apakah Hun Manet nantinya akan mempertahankan model pemerintahan otoriter seperti sang ayah — atau justru lebih liberal dan condong ke Barat.
Dikutip dari Reuters, Hun Sen dalam sebuah wawancara sempat menanggapi soal pertanyaan itu. Ketika ditanya apakah putranya akan memerintah dengan cara yang berbeda, Hun Sen tertawa.
"Dalam hal apa? Perbedaan seperti itu berarti mengganggu perdamaian dan membatalkan pencapaian generasi yang lebih tua," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Jika politik Hun Sen dibentuk oleh pengalaman revolusi dan perang selama rezim genosida Khmer Merah pada 1970-an, putranya justru dibesarkan dalam kemewahan dan dididik di luar negeri.
Namun, menurut oposisi Hun Sen dan politikus Kamboja yang diasingkan, Sam Rainsy, pendidikan Barat bukanlah jaminan untuk pendekatan yang lebih liberal ketika dia memerintah kelak.
"Bashar al-Assad dari Suriah lebih berpendidikan daripada Hafez al-Assad, tetapi putranya secara politik lebih buruk daripada ayahnya," ujar Rainsy, merujuk pada dinasti Assad yang brutal di Suriah.
Seorang analis Ou Virak berpendapat bahwa tanpa dukungan sang ayah tidak jelas apakah Hun Manet akan mampu membuat perubahan —bahkan jika dia menginginkannya.
"Dia masih belum teruji di arena politik. Masalahnya adalah dia telah disuapi dengan sendok, kebanyakan dengan sendok emas," ujar Virak kepada AFP.
ADVERTISEMENT