Sosok Indri Korban Cinta Segitiga Maut: Pekerja Keras Ibu Kota, Tinggal di Gang

4 Maret 2024 16:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Indriana Dewi Eka. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Indriana Dewi Eka. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Indriana Dewi Eka, korban kasus cinta segitiga maut, ternyata sosok "pekerja keras ibu kota".
ADVERTISEMENT
Lahir di Semarang 25 tahun lalu, dibawa ke Jakarta di usia 5 tahun.
Kendati lulusan SMK, Indri bisa bekerja di sebuah perusahaan di SCBD setelah ikut kursus sales & marketing 3 bulan.
Kini usia kerja Indri di bidang sales & marketing sudah masuk tahun ke-4.

Bapak Tukang Ojek, Rumah di Gang

Suasana rumah korban pembunuhan Indriana Dewi Eka di Cipinang Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (2/3). Foto: Jonathan Devin/kumparan
Indri dan keluarganya tinggal di rumah kontrakan berukuran 4x3 meter di sudut gang yang berjarak sekitar 350 meter dari Lapas Cipinang, Jakarta Timur.
Gang ini gelap dan hanya muat dilalui satu motor.
Area kecil di depan rumah Indri biasa dipakai untuk tempat menjemur pakaian. Sementara di dalam kamarnya, terdapat sebuah tv tabung dan kasur tingkat—tempat Indri tidur.
Bapaknya tukang ojek. Ibunya, bernama Endang (55 tahun), seorang ibu rumah tangga.
Suasana rumah korban pembunuhan Indriana Dewi Eka di Cipinang Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (2/3). Foto: Jonathan Devin/kumparan
"Dia (Indri) kerja untuk bantu orang tua, (penghasilannya) alhamdulillah untuk kebutuhan kita, keluarga, karena orang tuanya cuma begini, bapaknya cuma tukang ojek pangkalan, saya di rumah saja," kata Endang saat ditemui kumparan di rumahnya, Senin (4/3).
ADVERTISEMENT
"Anak saya baik, enggak punya masalah apa pun, ibaratnya anak saya memang itu nyawa saya, anak saya adalah satu-satunya," ujar Endang bercerita tentang Indri dengan raut wajah pilu.

Nabung Beli Rumah

Suasana rumah korban pembunuhan Indriana Dewi Eka di Cipinang Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (2/3). Foto: Jonathan Devin/kumparan
Indri pun pernah berjanji untuk membelikan rumah bagi keluarganya, supaya tidak lagi tinggal di gang itu.
"Makanya dia semangat itu, iya itu dia mikir pengin beli rumah ibunya," ujar Endang.
Terhadap ibu-bapaknya, Indri tidak pernah pamrih. "Apa kebutuhan Ibu andaikata dia punya rejeki ya apa saja dikasih," kata Endang.

Tentang Mobil Honda Brio

Endang bercerita, Indri sempat membeli (tidak jelas apakah mencicil) mobil Honda Brio. "Ya, alhamdulillah," ujarnya.
Tapi Endang tidak tahu mobil itu tiba-tiba tidak ada. "Kita enggak tahu di mana itu kendaraan," katanya.
ADVERTISEMENT
(Sebelumnya Eko Sudiyanto, Ketua RT di tempat tinggal Indri, menyebut mobil itu dijual oleh Didot Alfiansyah (pacar Indri, 24 tahun)—pembunuh Indri).
Mobil itu, sebelum dijual oleh Didot, diparkirkan di lapangan yang memang menjadi tempat parkir umum.

Sekilas Kasus

Didot pembunuh Indri, dan pemeran Indri korban cinta segitiga maut, dalam adegan rekonstruksi yang digelar polisi. Foto: kumparan
Indri dibunuh Didot dan Devara Putri Prananda (pacar pertama Didot, 25 tahun) lewat bantuan eksekutor (Muhammad Reza, 22 tahun).
Kasus ini dikenal sebagai kasus cinta segitiga maut: Didot sedang berpacaran dengan Devara (masuk ke tahun ke-5), lalu Didot berpacaran lagi dengan Indri (sudah 7 bulan).
Indri dan Didot satu kantor, Devara beda kantor.
Devara yang kemudian menyatakan "Indri harus disingkirkan dari muka bumi". Oleh polisi, ini disebut sebagai motif: Cemburu.
Indriana Dewi Eka. Foto: Dok. Istimewa