Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Sosok Kombes Ekotrio, Penganiaya Tujuh Anak Buah Pakai Helm
28 Juni 2018 13:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Nama Kombes Ekotrio Budhiniar ramai diberitakan media sejak dua hari terakhir. Aksinya menghantam tujuh anak buah dengan menggunakan helm karena urusan parkir jelas bukan perkara remeh. Kapolri Jenderal Tito Karnavian sampai angkat bicara dan dengan tegas mencopot Kombes Ekotrio dari jabatan Kapusdikmin Lemdiklat Polri.
ADVERTISEMENT
Publik lalu bertanya, seperti apa sih sepak terjang Kombes Ekotrio selama ini? Berikut catatan kumparan mengenai sepak terjang Ekotrio.
Ekotrio mengawali karier kepolisiannya dengan bersekolah di AKABRI pada 1987. Pria kelahiran Bandung, Oktober 1967 itu tercatat satu angkatan dengan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Jauh sebelum Akpol Akademi Kepolisian (Akpol) berdiri, sekolah para polisi memang bernama AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
Selepas menamatkan sekolah kepolisian, Ekotrio kemudian menjabat sebagai Kasat Ops Puskodal Polres Kuningan. Saat itu pangkatnya adalah Inspektur Polisi Dua Polri (Ipda). Lambang 1 balok emas pun bertengger di kedua pundaknya.
Kariernya terus melejit di Polres Kuningan. Dalam dua tahun, dia menapaki posisi Kasat Serse Polres Kuningan. Sebuah tugas berat berupa mengusut kasus-kasus kriminal yang terjadi di Kabupaten Kuningan ada di bahunya.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1989, Ekotrio ditugaskan ke Indramayu. Jabatannya juga merangkak naik. Dia diamanahkan untuk menjadi Kapolsektif Jatibarang di Polres Indramayu. Dia menjadi Kapolsektif selama lima tahun.
Usai menjadi Kapolsektif, Ekotria kembali menapaki karier yang lebih tinggi. Kali ini kariernya berada di tingkat kepolisian wilayah (Polwil) Cirebon pada 1994. Saat itu pangkatnya menjadi Inspektur Polisi Satu (Iptu). Lambang dua balok emas pun bertengger di kedua bahunya. Sederet tugas-tugas operasional dia kerjakana di sana.
Menariknya, tak sampai setahun dia bertugas di Cirebon. Sebab, di tahun yang sama pula dia diminta untuk bertugas di Polda Jabar. Saat itu jabatannya tercatat sebagai Kasubag Patkat Bag Dalkar Ditpers. Kurang lebih tugasnya saat itu adalah bertanggung jawab atas upaya pengendalian personel. Salah satunya melaksanakan seleksi penerimaan pendidikan polisi.
ADVERTISEMENT
Saat reformasi 1998, Ekotrio tercatat sebagai mahasiswa di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian. Tepat di tahun yang sama, dia juga ditugaskan ke luar pulau, tepatnya di Polda Lampung, membidangi pekerjaan yang sama dengan apa yang dilakukannya di Jawa Barat.
Sejak 2003, dia kembali ditugaskan ke luar pulau. Dari bagian barat Indonesia, dia di pindah ke bagian timur. Tepatnya ke Polda Nusa Tenggara Timur (NTT). Sejak itu pula pangkatnya dinaikkan menjadi Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP). Lengkap dengan bunga melati emas di kedua pundaknya.
Kariernya di Polda NTT terus melejit hingga dia menjadi Kapolresta Kupang pada 2006. Namun satu tahun setelahnya, dia kembali ditugaskan ke Pulau Jawa. Di sana dia menjabat sebagai Dir Samapta Polda Banten. Salah satunya tugasnya menyelenggarakan kegiatan patroli antarwilayah.
ADVERTISEMENT
Dua tahun mengabdi di Polda Banten, Ekotrio kembali ditugaskan ke luar daerah. Kali ini dia bekerja di Polda Gorontalo sejak 2009 hingga 2011. Pangkatnya pun lagi-lagi ditingkatkan menjadi Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol). Tentu saja, tiga bunga melati emas bertengger di pundaknya.
Di pengujung 2011, dia ditugaskan ke Polda Sulawesi Utara. Di sana dia menjabat sebagai Karo SDM Polda Sulut. Empat tahun lamanya dia bekerja di wilayah timur Indonesia tersebut.
Setelah puas malang melintang di berbagai wilayah, Ekotrio menjabat Kapusdik Min Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kepolisian Negara (Lemdikpol) yang berkantor di Ciputat, Jakarta. Sederet tugas penting berupa memastikan pendidikan yang baik bagi para polisi diamanahkan kepadanya.
Dua tahun berselang, dia diangkat menjadi Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Polri. Sebuah jabatan yang prestisius, langsung berada di bawah komando Kapolri Jandral Tito Karnavian.
ADVERTISEMENT
Di pengujung Juni 2018, jabatan itu pun ditanggalkannya. Kapolri Jendral Tito terlanjur mencopotnya dari jabatan itu. Tito menilai bahwa perbuatan Ekotrio yang memukul anak buah karena tempat parkirnya terhalang mobil katering sebagai tindakan arogan. Kini, jabatan Ekotrio diturunkan menjadi Analis Kebijakan Madya Sespim Lemdiklat Polri.