Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Sosok Kunci Skandal Gereja AS, Bernard Law Meninggal Dunia
20 Desember 2017 15:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB

ADVERTISEMENT
Kardinal Bernard Law, seorang mantan uskup agung Boston, Amerika Serikat (AS), meninggal di usia 86 tahun. Law menjadi sorotan di Negeri Paman Sam, karena diduga gagal menghentikan praktik pelecehan yang dilakukan di lingkungan gereja.
ADVERTISEMENT
Law dilaporkan sempat dirawat di sebuah rumah sakit di Roma, Italia. Penyebab kematiannya sampai saat ini masih samar.
Law merupakan mantan pemimpin dan orang penting di gereja Katolik AS. Pria kerabat dekat Paus Yohanes Paulus II pun disebut-sebut memiliki pengaruh dalam menetapkan prioritas calon uskup untuk negara bagian di AS.
Sayangnya pada Januari 2002, surat kabar lokal, The Boston Globe mengungkapkan bahwa adanya skandal diduga melibatkan pihak gereja Katolik terhadap anak-anak di bawah umur. Hal ini terungkap melalui catatan gereja yang terlihat janggal ketika adanya pemindahan pastur dari satu tempat ke tempat yang lain dengan alasan tidak jelas, seperti penugasan paroki dan sebagainya.
Diketahui, hal tersebut diduga dilakukan Law untuk menutupi tindakan pelecehan yang dilakukan oleh para pemimpin gereja. Tindakan tersebut memicu keingin tahuan dari umat Katolik diseluruh AS, apakah uskup mereka benar melakukan tindakan yang pelecehan atau tidak, seperti yang terjadi di Boston.
ADVERTISEMENT
Setelah terbukti bahwa Law mencoba mengendalikan skandal yang menjamur di keuskupan agungnya, ia meminta maaf dan menjanjikan akan melakukan sebuah reformasi. Namun sayang, dalam prosesnya muncul bukti-bukti baru tentang bagaimana Law memberikan perlindungan terhadap Pendeta-pendetanya yang diduga terlibat dalam pelecehan.

Dengan adanya kasus tersebut, akhirnya Law mengundurkan diri dari posisinya sebagai Uskup Agung Boston. Paus Yohanes Paulus II yang ketika itu menjabat sebagai pemimpin gereja Katolik dunia pun menyetujuinya.
"Ini adalah doa saya yang sungguh-sungguh bahwa tindakan ini dapat membantu keuskupan agung Boston untuk mengalami penyembuhan, rekonsiliasi dan persatuan yang sangat dibutuhkan," kata Law, seperti yang dilansir Associated Press, Rabu (20/12).
Diduga kasus pelecehan terjadi sejak pada 1950 lebih dari 6500 atau sekitar 6 persen imam di AS dituduh melakukan penganiayaan dan pelecehan terhadap anak-anak. Tercatat pihak gereja telah membayar lebih dari 3 Miliar dollar AS kepada korban sebagai bentuk upaya membungkam para korban.
ADVERTISEMENT
Sebagai pemimpin keuskupan agung di tempat utama terungkapnya skandal tersebut, Law, sepanjang hidupnya dipandang sebagai simbol kegagalan gereja untuk melindungi anak-anak. Meski begitu, Law tetap mendapat dukungan di Vatikan. Pada tahun 2004, ia diangkat sebagai archpriest dari Basilika St. Mary Major, salah satu dari empat basilika utama di Roma.

Law juga selama beberapa tahun berperan melayani Vatikan yang tergabung dalam komite pembuatan kebijakan, termasuk Kongregasi untuk Uskup, yang merekomendasikan penunjukan Uskup kepada Paus.
Pria kelahiran pada 4 November 1931 ini pun sebenarnya sangat berjasa membangun hubungan Katolik dan Yahudi, salah contohnya adalah ia pernah memimpin sebuah delegasi pemimpin Yahudi dalam sebuah kunjungan ke kamp kematian Auschwitz di Polandia pada tahun 1986. Dia bekerja sama dengan para pemimpin gereja di Amerika Latin, bertindak sebagai utusan tidak resmi dari Paus ke Kuba dan pemimpin revolusioner Fidel Castro.
ADVERTISEMENT
Namun sayang, kontribusi Law terhalang oleh skandal yang Ia buat. Kasus ini pun menjadi terkenal ketika salah satu divisi dari surat kabar Boston Globe, Spotlight, melaporkan bahwa Law dan dua pendahulunya sebagai Uskup Agung Boston telah memindahkan mantan pastor John Geoghan dengan alibi tugas paroki padahal mereka telah mengetahui bahwa Geoghan telah melakukan pelecehan terhadap anak-anak.