Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9

ADVERTISEMENT
Publik mengenal cawapres Sandiaga Uno sebagai sosok pengusaha muda yang cukup sukses, sebelum akhirnya memutuskan terjun ke politik. Nama Sandi baru dikenal luas setelah ia mengikuti Pilgub DKI 2017 dan berhasil menjadi cawagub.
ADVERTISEMENT
Baru beberapa bulan menjabat, ia kembali menjadi pusat perhatian karena mundur dari jabatannya dan memilih maju sebagai cawapres mendampingi Prabowo Subianto. Lantas, bagaimana sosok Sandi di mata istrinya, Nur Asia?
Sejak pertama kali mengenal Sandi --saat keduanya berusia 14 tahun, Nur menilai tidak ada yang berubah dari suaminya itu. Di mata Nur, Sandi tetap menjadi sosok guru yang ulet dan pekerja keras.
“Jadi kalau dia ingin memiliki sesuatu atau dia punya niatan itu, pasti dia harus berusaha dan berikhtiar untuk mencapai yang dia inginkan. Dan Alhamdulillah selama ini hajat-hajatnya alhamdulillah terkabul,” tutur Nur membuka wawancara dengan kumparan di Jalan Jenggala, Jakarta Selatan, Selasa (12/3).
Nur mengaku, ia sama sekali tidak pernah menyesali keputusan suaminya untuk terjun ke dunia politik dan melepaskan bisnisnya. Ia merasa, selama ini keluarganya sudah mencapai titik puncak dan sudah waktunya turun untuk berbagi.
ADVERTISEMENT
“Di sinilah Tuhan memberikan jalan buat kita untuk berbagi, karena kalau bukan sekarang mengabdi untuk negara, kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi. Itu yang selalu Bang Sandi ingatkan kepada kita,” ucap Nur.
“Enggak ada rasa penyesalan yang mendalam, karena sesuatu yang sudah terjadi pasti ada hikmahnya,” tegasnya.
Nur lalu mengenang saat ia pertama kali bertemu Sandi. Awalnya, Sandi hanya berteman dengan kakak Nur saja, Ali. Saat itu, Ali kerap menitipkan mobilnya ke garasi rumah Sandi dan membuat ibu mereka heran, karena pada masa itu, tidak banyak orang yang mampu membeli mobil.
Ali pun menceritakan sosok temannya yang ia sebut sangat pintar. Bahkan, menurut Ali, Sandi bisa jatuh sakit jika nilai ulangannya menyentuh angka 9.
ADVERTISEMENT
“Saya cuma dengar kok dapat 9 panas ya, aneh juga, sementara kita dapat 8 udah kesenengan, ini kok dapat 9 panas, siapa ya orang ini, gitu loh. Jadi saya agak menangkapnya cuma pembicaraan itu, enggak tahu kenapa lucu aja. Kok aneh banget ya ada orang dapat 9 panas badannya, siapa ya ini orang. Tapi penasaran,” ucap Nur.
Rasa penasaran Nur akhirnya terjawab saat Sandi datang ke rumahnya. Ia yang tidak sengaja berpapasan langsung suka pada pandangan pertama.
“Saya kebetulan lewat jadi waktu itu, Ibu saya juga sih yang ini ‘lihat deh lihat deh ada temannya Abang Ali, cakep’, katanya. Saya bilang ‘apa sih mamah ini kok kegenitan gitu’. Tapi dari dalam tuh rumah saya bisa ngintip ke luar,” kata Nur sambil tertawa kecil.
ADVERTISEMENT
Pertemuan pertamanya itulah yang kemudian membuka hubungan keduanya ke jenjang lebih lanjut. Keduanya akhirnya memutuskan menikah pada 28 Juli 1996, setelah sama-sama menyelesaikan pendidikan di Amerika.
12 tahun pacaran dan 23 tahun menikah, menurut Nur, salah satu kunci hubungan mereka adalah komunikasi. Segala hal yang ingin dilakukan, harus didiskusikan terlebih dahulu dengan pasangan.
“Kita sudah kenal dari umum 14 tahun, sudah tahu sifat masing-masing. Yang saya enggak suka, enggak boleh Bang Sandi lakukan. Jadi kita mesti saling menutupi dan mengisi kekurangan masing-masing,” pungkasnya.