Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sosok Srettha Thavisin, Pengusaha Real Estate yang Jadi PM Baru Thailand
22 Agustus 2023 18:51 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Parlemen menunjuk kandidat dari Partai Pheu Thai, Srettha Thavisin , sebagai perdana menteri (PM) ke-30 Thailand , pada Selasa (22/8). Ini adalah pertama kalinya dalam beberapa dekade orang nomor satu di pemerintahan Bangkok bukan berlatar belakang militer.
ADVERTISEMENT
Terpilihnya Srettha sekaligus mengakhiri kebuntuan politik yang telah menerjang Thailand selama tiga bulan terakhir.
Dikutip dari CNN, Srettha adalah kandidat tunggal yang diajukan oleh Partai Pheu Thai dalam pemilu. Dia berhasil memperoleh 482 suara dari total 747 suara yang terkumpul di parlemen.
Hari terpilihnya Srettha juga bertepatan pada hari yang sama ketika eks Perdana Menteri Thaksin Shinawatra kembali ke Thailand usai lebih dari 15 tahun berada di pengasingan.
Srettha adalah sosok baru dalam percaturan politik di Negeri Gajah Putih. Pria berusia 60 tahun ini baru bergabung sebagai anggota Pheu Thai pada 2022, sebelumnya dia adalah seorang taipan properti.
Rekan dekat dari Thaksin itu disukai oleh banyak CEO dan pebisnis di Thailand. Lantas, apa yang membuatnya banting setir dari pengusaha menjadi politikus?
ADVERTISEMENT
Lulusan Amerika Serikat
Lahir di Bangkok pada 15 Februari 1963, Srettha adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup berada.
Dikutip dari Nikkei Asia, dia meraih gelar sarjana di bidang teknik sipil dari Universitas Chulalongkorn di Bangkok dan gelar master di bidang administrasi bisnis dari Claremont Graduate School di Negara Bagian California, Amerika Serikat.
Pria yang memiliki tinggi badan hampir 200 cm ini merupakan fans berat sepak bola. Dia memulai kariernya sebagai asisten manajer di perusahaan multinasional Procter & Gamble di Thailand, sebelum menjadi seorang pengusaha.
Srettha kemudian menjadi salah satu pendiri perusahaan real estate terkemuka di negaranya, Sansiri, pada 1988. Sansiri berkembang pesat hingga menjadi salah satu perusahan pengembangan properti terbesar di Thailand.
ADVERTISEMENT
Dia sempat menjabat sebagai presiden dan kepala eksekutif Sansiri, yang saat ini bernilai sekitar USD 880 juta (Rp 13,5 triliun ) di pasar saham Thailand. Dari sinilah, dia menjadi taipan perusahaan properti.
Sedih Lihat Kesenjangan di Thailand
Namun, pada April 2023 dia memutuskan berhenti dari jabatannya agar bisa mencalonkan diri di pemilu. Usai debut politiknya, kepada VOA Srettha mengaku motivasinya terjun ke dunia politik adalah rasa keputusasaan yang dirasakan masyarakat Thailand.
"Kita, Anda, melihat sekeliling Anda ketika Anda duduk di puncak piramida, Anda tidak hanya melihat pada tingkat yang sama. Anda melihat ke bawah tentang bagaimana orang lain hidup," kata Srettha dalam sebuah wawancara pada April 2023.
ADVERTISEMENT
Srettha mengaku turut merasakan kesedihan saat melihat besarnya kesenjangan sosial di antara masyarakat.
Terpisah, dalam wawancara dengan Nikkei Asia pada April 2023 Srettha juga sempat menyinggung soal ambisi politiknya ketika terpilih sebagai perdana menteri.
Srettha hendak menggencarkan perjanjian perdagangan bebas untuk mengejar ketertinggalan Thailand dari negara-negara tetangganya, seperti Indonesia dan Vietnam. Dia ingin agar Thailand juga bisa memiliki perjanjian kerja sama dari investor utama seperti Uni Eropa.
Namun, kata Srettha, prioritas utama baginya adalah memenuhi janji-janji pertumbuhan ekonomi yang dia berikan kepada Pheu Thai.
"Ketidaksetaraan adalah alasan utama mengapa saya memutuskan untuk menyeberang dari seorang pebisnis menjadi seorang politisi," ungkap Srettha.
Selain menjanjikan program stimulus ekonomi, Srettha berambisi menegakkan keadilan sosial dan tata kelola pemerintahan yang baik.
ADVERTISEMENT
Prioritas 100 Hari Pertama Berkuasa dan LGBT
Kepada Bloomberg, pada April 2023 Srettha mengatakan prioritasnya dalam 100 hari pertama saat memerintah antara lain: mengatasi kenaikan biaya hidup, mengakhiri wajib militer, menyusun konstitusi baru yang lebih mewakili keinginan rakyat, dan menegakkan hak-hak komunitas LGBT.
Srettha mengatakan, Pheu Thai peduli dengan penegakan hak asasi manusia. Dia menyinggung soal banyaknya warga Thailand dengan keterampilan tinggi melarikan diri sepanjang 9 tahun pemerintahan yang didukung militer berkuasa.
"Orang-orang pergi untuk membawa keahlian mereka ke suatu tempat di mana mereka dapat hidup dengan lebih banyak kebebasan untuk mengekspresikan diri," ujar Srettha.
"Hak untuk memilih, kebebasan dari wajib militer, hak-hak LGBTQ — semua itu sama pentingnya dengan stimulus ekonomi," sambung dia, seperti dikutip oleh situs web Thai Enquirer pada Mei 2023.
ADVERTISEMENT
Ketika ditanya bakal seperti apa gaya kepemimpinan Srettha usai terpilih sebagai PM, dia menekankan soal keadilan. "Saya tidak akan menjadi perdana menteri yang datang untuk menghajar orang-orang besar. Saya hanya ingin orang-orang memiliki kesempatan yang adil untuk bersaing," jelas Srettha.