Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Sosok Vladlen Tatarsky, Blogger Anti-Ukraina yang Tewas Dibom di Rusia
3 April 2023 13:58 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Blogger ternama yang dikenal sebagai sosok kontroversial atas dukungannya terhadap invasi Rusia ini dilaporkan telah menjadi target pembunuhan berencana.
Menurut laporan media, musibah terjadi pada sore hari ketika sebuah patung yang diberikan kepada Tatarsky sebagai bentuk penghargaan tiba-tiba meledak. Di dalam patung itu, diyakini sebelumnya telah disembunyikan alat peledak yang dapat dikendalikan melalui radio dengan kapasitas 100 gram TNT.
Ledakan ini menewaskan satu orang yaitu Tatarsky, dan melukai 16 lainnya. Tidak ada kebakaran usai ledakan terjadi.
Berbagai laporan media lokal juga mengatakan, sebelum ledakan terjadi Tatarsky sedang bertemu dengan beberapa anggota masyarakat di kafe Street Food No.1 yang dulunya dimiliki oleh kepala organisasi tentara bayaran Rusia Wagner Group tersebut.
Sebuah kelompok bernama Cyber Font Z — yang menyebut diri mereka di media sosial sebagai ‘pasukan informasi Rusia’, mengatakan telah sengaja menyewa kafe tersebut untuk malam itu dan menggelar sesi diskusi.
ADVERTISEMENT
Adapun patung yang diterima oleh Tatarsky memang diberikan oleh rekan prianya, tetapi diketahui patung menyerupai dirinya itu didapatkan dari seorang wanita. Menurut Interfax, wanita yang kini sudah berstatus tersangka tersebut diidentifikasi bernama Darya Trepova — seorang warga lokal kelahiran 1997.
Lantas, siapakah sebenarnya Vladlen Tatarsky? Berikut ini hasil rangkuman kumparan, disadur dari berbagai sumber.
Pria bernama asli Maxim Yuryevich Fomin itu merupakan keturunan Ukraina. Dia lahir di salah satu kota yang sempat menjadi pertempuran operasi militer khusus Rusia, di Makiivka, Donetsk, pada 25 April 1982.
Dia kemudian mengubah kewarganegaraannya menjadi Rusia beberapa tahun kemudian.
Pria berusia 40 tahun itu memulai kariernya sebagai penambang batu bara, sebelum memulai bisnis perabotan. Namun, ketika mengalami kesulitan finansial Tatarsky memutuskan untuk merampok bank pada 2011 dan dijatuhi hukuman penjara.
ADVERTISEMENT
Namun, ketika perang di Donbas pecah pada 2014 Tatarsky memperoleh kesempatan untuk bisa keluar dari penjara dan ikut bertempur bersama pasukan Rusia dan gerakan pembebasan Republik Rakyat Donetsk (Donetsk People’s Republic/DPR).
Pertempuran ini berlangsung beberapa minggu usai Moskow menganeksasi Semenanjung Krimea.
Dari keterlibatannya dalam perang inilah, Tatarsky kemudian bergabung dengan kelompok separatis pro-Rusia di DPR dan ikut bertempur di garis perang — sebelum menjadi blogger yang kerap mengomentari situasi militer Rusia.
Benci terhadap Ukraina
Tatarsky dikenal di media sosial berkat pernyataan-pernyataan pedasnya terkait Ukraina dan dukungan berapi-apinya terhadap perang.
Dia juga kerap mengkritik para komandan militer Rusia hingga Presiden Vladimir Putin lantaran dianggap terlalu lunak dalam pendekatannya atas isu di Ukraina — negara yang menurutnya sebagai negara teroris.
ADVERTISEMENT
Salah satu pernyataannya yang paling kontroversial adalah ketika dia menghadiri peresmian aneksasi empat provinsi Ukraina ke Rusia pada September 2022 lalu.
Kala itu, dalam sebuah video Tatarsky bersumpah bahwa pihaknya akan menyukseskan kampanye militer di Ukraina dan membunuh semua orang yang menghalanginya.
“Cukup sudah. Kami akan mengalahkan semua orang, membunuh semua orang, merampok semua orang yang kami butuhkan. Semuanya akan berjalan seperti yang kita inginkan. Tuhan bersamamu,” kata Tatarsky, seperti dikutip dari Sky News.
Sosok Tatarsky di dunia maya pun terkenal, apalagi ketika blogger soal militer memainkan peran yang semakin menonjol dan berpengaruh dalam sirkulasi informasi tentang invasi Rusia ke Ukraina.
Sebelum kematiannya, Tatarsky memiliki lebih dari 560.000 pengikut di Telegram — menjadi salah satu blogger militer paling terkemuka yang mendukung upaya perang di Ukraina, seraya mengkritik strategi dan keputusan taktis militer Rusia jika menurutnya tak efektif.
ADVERTISEMENT
Meski lahir di Ukraina, tetapi Tatarsky terkenal memiliki rasa kebencian besar terhadap tanah kelahirannya itu. Semua aset miliknya di Ukraina disita, dan dia dijatuhi sanksi oleh pemerintah Kiev akibat pandangan ekstremitasnya — yang dinilai propaganda, serta keterlibatannya dalam konflik.
Dengan dia ikut bertempur dengan Rusia, Tatarsky pun dilarang memasuki wilayah Ukraina selama 10 tahun. Namun, terlepas dari pemberian sanksi itu Tatarsky terus mempromosikan pandangan dan keyakinannya melalui blog dan media sosial.
****
kumparan bagi-bagi berkah senilai jutaan rupiah. Jangan lewatkan beragam program spesial lainnya. Kunjungi media sosial kumparan untuk tau informasi lengkap seputar program Ramadhan! #BerkahBersama