Spanduk Kuning Greenpeace di Bundaran HI dan Pancoran untuk Jokowi

23 Oktober 2019 9:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi pemasangan spanduk di Bundaran HI, Jakarta Pusat, pada Rabu (23/10). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aksi pemasangan spanduk di Bundaran HI, Jakarta Pusat, pada Rabu (23/10). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Spanduk raksasa terbentang di salah satu patung ikonik kebanggaan Jakarta, Patung Selamat Datang, di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Spanduk itu bukan spanduk biasa. Spanduk tersebut merupakan pesan dari LSM lingkungan hidup, Greenpeace, kepada Presiden Jokowi.
“Orang baik pilih energi baik,” pesan yang tertulis dalam spanduk berwarna kuning tersebut.
Selain itu, Greenpeace juga memasang spanduk di Patung Dirgantara, Pancoran, Jakarta Selatan. "Lawan Perusak Hutan," bunyi spanduk itu.
Berdasarkan keterangan yang diterima kumparan, spanduk-spanduk tersebut telah terpasang sejak Rabu (23/10) Subuh oleh sejumlah aktivis Greenpeace. Hingga kini, spanduk tersebut masih tergantung.
Greenpeace mengatakan, aksi spanduk kuning ini merupakan seruan kepada Jokowi untuk segera meninggalkan energi kotor seperti batu bara dan menyelamatkan hutan.
Menurut juru kampanye bidang hutan Greenpeace Indonesia, Arie Komas, deforestasi dan penggunaan bahan bakar fosil secara masif adalah penyebab emisi gas rumah kaca terbesar di Indonesia.
Aksi pemasangan spanduk di Bundaran HI, Jakarta Pusat, pada Rabu (23/10). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Padahal, kata Arie, Indonesia ikut meratifikasi Kesepakatan Paris, dan telah berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon sebesar 29 persen atau 41 persen dengan bantuan internasional pada 2030.
ADVERTISEMENT
“Tahun 2015, Presiden Jokowi berjanji menuntaskan kebakaran hutan dan lahan dalam kurun waktu tiga tahun. Ini sudah memasuki periode kedua, namun kebakaran hutan tahunan masih gagal dihentikan,” tutur Arie di kawasan Bundaran HI, Rabu (23/10).
Aksi pemasangan spanduk di Patung Pancoran, Jakarta Pusat, pada Rabu (23/10). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Catatan dari Greenpeace, energi fosil khususnya batu bara mendominasi bauran energi nasional sebesar 58 persen sehingga menghambat laju peralihan menuju energi terbarukan.
Sementara itu, angka deforestasi berdasarkan data pemerintah tahun 2014-2018 mencapai 3 juta hektare, dengan laju deforestasi mencapai 600 ribu hektare/tahun.

Kabinet Baru Jokowi Didesak Serius Tangani Energi dan Hutan

Sementara itu, juru kampanye bidang iklim dan energi Greenpeace Indonesia, Tata Musyata, menyebut belum ada aksi nyata dari pemerintahan Jokowi dalam mengurangi penggunaan batu bara.
ADVERTISEMENT
“Padahal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015- 2019 mengamanatkan pengurangan produksi batu bara secara bertahap, Pemerintahan Jokowi periode pertama malah menggenjot produksi batu bara hingga mencapai lebih dari 500 juta ton di 2019,” jelas Tata.
Aksi pemasangan spanduk di Patung Pancoran, Jakarta Pusat, pada Rabu (23/10). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Greenpeace mendesak agar sektor energi dan hutan harus menjadi perhatian khusus bagi Jokowi dan kabinet barunya, khususnya jika ingin benar-benar mengatasi permasalahan krisis iklim.
“Jika ingin serius berkomitmen melawan krisis iklim, pemerintahan Jokowi harus segera beralih kepada pemanfaatan energi terbarukan, energi baik yang aman dan bersih bagi lingkungan dan juga masyarakat, dan baik bagi perekonomian dan masa depan Indonesia,” terang Tata.
Aksi pemasangan spanduk di Patung Pancoran, Jakarta Pusat, pada Rabu (23/10). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Indonesia sebagai negara kepulauan sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kenaikan muka air laut, kekeringan ekstrim, banjir bandang, gagal panen, badai tropis, hingga polusi udara adalah hal-hal yang akan menjadi kondisi normal baru di Indonesia, jika perubahan iklim tidak diatasi dengan serius.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Greenpeace mendesak agar Jokowi segera melakukan transisi energi secara serius. Kebijakan transisi energi harus dilakukan secara ambisius dan punya tahapan yang jelas.
“Jokowi harus melakukan transisi energi lebih ambisius, harus punya target buat menutup seluruh PLTU batu bara yang ada yang dilakukan secara bertahap, dan mencegah untuk ada PLTU batu bara yang baru,” pungkas Tata.