Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Staf Ikut Terinfeksi saat Lonjakan Kasus COVID-19, KBRI Beijing Sempat Tutup
24 Desember 2022 19:42 WIB
ยท
waktu baca 3 menit![Gedung KBRI Beijing. Foto: Facebook/kbribeijing](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1623906141/wcjxtwldzl3uweichx5j.jpg)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sebab, gelombang corona turut menginfeksi sebagian besar staf dan pegawai KBRI Beijing. Pihak KBRI mengidentifikasi kasus positif tersebut saat mengadakan tes PCR secara independen untuk para staf dan keluarga pada 14 Desember.
Tidak ada informasi tentang jumlah staf yang terinfeksi corona tersebut. Berdasarkan protokol kesehatan yang berlaku di Beijing, mereka melakukan karantina mandiri di rumah hingga pulih.
Sebelum kembali membuka pintu, kantor perwakilan RI tersebut menggelar tes PCR secara independen pula pada 19 Desember.
"Mohon maaf hari ini pelayanan tutup. Silakan datang lagi Selasa (20/12) depan," jelas Atase Imigrasi KBRI Beijing, Raden Fitri Saptaji, kepada dua warga negara Indonesia yang hendak mengajukan permohonan perpanjangan paspor, dikutip dari Antara, Sabtu (24/12).
China baru membongkar pilar-pilar utama dari kebijakan ketat nol-COVID pada awal Desember. Keputusan ini mencabut lockdown, karantina, pembatasan perjalanan, dan tes corona massal.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, kota-kota di seluruh negeri berjuang membendung lonjakan infeksi. Gelombang infeksi tersebut diyakini telah mengosongkan rak apotek, memenuhi bangsal rumah sakit, serta menyebabkan penumpukan di krematorium dan rumah duka.
Berakhirnya mandat tes corona massal membuat kasus infeksi baru nyaris tidak mungkin dilacak, sedangkan pihak berwenang justru mempersempit definisi 'kematian akibat corona'.
Seorang pejabat kesehatan senior lalu membuat pengakuan yang jarang terjadi. Setiap harinya, dia mengatakan, setengah juta orang di Kota Qingdao terinfeksi COVID-19. Ini berarti lonjakan infeksi corona negara di itu tidak tercermin dalam data statistik resmi.
Pernyataan dari kepala kesehatan kota tersebut, Bo Tao, dimuat dalam outlet berita yang dioperasikan Partai Komunis yang berkuasa di Qingdao pada Jumat (23/12).
Bo Tao mengatakan, kota di wilayah timur berpenduduk sekitar 10 juta orang itu setiap harinya menyaksikan antara 490.000 dan 530.000 kasus infeksi baru COVID-19. Laporan ini dikutip beberapa outlet berita lain, tetapi diedit kembali pada Sabtu (24/12).
ADVERTISEMENT
Sekarang, artikel-artikel tersebut tidak menyertakan angka kasus. Menggunakan sensor untuk menghapus konten yang dianggap sensitif, otoritas mengawasi media di negara itu secara ketat.
Komisi Kesehatan Nasional (NHC) China hanya melaporkan 4.103 kasus infeksi baru pada Sabtu (24/12).
Walau begitu, beberapa media mengindikasikan kekurangan obat di apotek dan kewalahan yang melanda rumah sakit.
Ada tanda-tanda sumber daya medis akan menghadapi tekanan, sementara beberapa pejabat kesehatan daerah memperingatkan bahwa skenario terburuk bahkan belum terjadi.
"Banyak sumber daya dan personel medis menanggung tantangan berat dan tekanan besar tanpa preseden dalam sejarah," tulis pernyataan pemerintah Kota Dongguan, dikutip dari AFP.