Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Pemandangan penumpang KRL Commuter Line yang memadati Stasiun Manggarai di jam-jam datang dan pulang kantor tentu bukan lagi hal baru. Terutama sejak Mei 2022 saat KRL lintas Cikarang dan Bogor harus transit di Manggarai.
ADVERTISEMENT
Beberapa bulan terakhir, usai banyaknya kantor di ibu kota yang menerapkan masuk kantor seratus persen kepadatan di stasiun sentral ini jadi kian parah.
PT KCI menyebut rata-rata pengguna yang transit di Manggarai setiap hari mencapai angka 80.000 sampai dengan 100.000 orang. Tentu kondisi keramaian dan semrawut tidak terhindarkan.
Lantas sampai kapan kondisi ini akan bertahan?
Manager Humas KAI Commuter Line Leza Arlan menyebut salah satu penyebab kepadatan ini akibat belum selesainya pembangunan Stasiun Manggarai. Saat ini pembangunan stasiun sentral masih berada di 60 persen dan baru akan selesai di tahun 2025.
“Jadi kan ini kan baru 60 persen, artinya masih ada 40 persen lagi. Kalau berdasarkan timeline-nya dari Kementerian Perhubungan (stasiun manggarai selesai dibangun) itu nanti di 2025,” ujar Leza kepada kumparan, Rabu (8/2).
ADVERTISEMENT
“Jadi pada peresmian Manggarai 1 itu diperkirakan 2025,” jelas Leza.
Untuk pembangunan ini Leza mengaku prosesnya memang memakan waktu yang cukup lama. Pasalnya pembangunan baru bisa dilangsungkan saat KRL sedang tidak beroperasi. Artinya hanya ada waktu seperempat hari untuk melanjutkan pembangunan ini.
Tak hanya pembangunan yang belum selesai, Leza juga menyebut bertambahnya volume pengguna KRL dan tujuan jadi penyebab semrawut di Stasiun Manggarai makin parah.
"Jadi selain volume terus perjalanan juga perjalanan kita juga di angka 1.081 perjalanan. Hite away-nya pun di jam sibuk itu untuk Jakarta-Bogor itu per 5 menit sekali untuk Bekasi itu sekitar 8-15 menit sekali," jelas Leza.
Meski demikian, Leza yakin bila nanti Stasiun Manggarai telah selesai dibangun, keramaian dapat terurai.
ADVERTISEMENT
Tanggapan Pengamat Soal Semrawut Stasiun Manggarai
Pengamat transportasi Deddy Herlambang melihat ramainya pengguna yang transit di Manggarai merupakan warga Bogor. Deddy menyebut jumlahnya sampai 60 persen penumpang.
Idealnya kata Deddy bila memang harus transit di Manggarai untuk sampai di Stasiun tujuan, stasiun sentral harus berukuran dua kali lipat dari sekarang. Ia menilai Stasiun Manggarai masih terlalu sempit.
"Nggak masalah transit di Manggarai tapi stasiunnya yang nyaman, besar. Sekarang kan sempit," ujar Deddy kepada kumparan, Rabu (8/2) pagi.
"Kalau untuk perbandingan yang transit saja dari Bogor itu sudah sempit. Di mana saja transit nggak masalah. Tapi untuk mengurai transit itu luas. Idealnya dua kali dari luas Manggarai yang sekarang," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Menghadapi keramaian yang terjadi di Manggarai yang menurut Deddy disebabkan oleh ramainya penumpang asal Bogor, Deddy menyarankan flow penumpang kembali dari Stasiun Tanah Abang dan Sudirman.
"Bisa dilihat orang yang transit di manggarai saat ini yang dari Bogor, mereka turun langsung KRL nya itu kosong. Sepi. Karena mereka turun semua di Manggarai," ucapnya.
"Saran saya balik seperti dulu. Jadi yang dari Bogor itu keretanya langsung ke Tanah Abang dan Sudirman. Karena orang yang kerja di Sudirman banyak dari sana (Bogor) dan lebih banyak daripada yang turun di Kota," tutup Deddy.