Strategi JI Bentuk Teror: Propaganda di Media hingga Menyusup Demo

12 Juli 2019 17:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo saat berkunjung ke kantor kumparan. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo saat berkunjung ke kantor kumparan. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
ADVERTISEMENT
Polri terus mendalami sepak terjang jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia. Sejauh ini, Polri telah mendapat sejumlah strategi JI dalam membangun kekuatan mereka, setelah menangkap enam orang termasuk pentolan JI, Para Wijayanto.
ADVERTISEMENT
Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengungkapan, pengembangan organisasi JI dibawah amir (pimpinan) Para Wijayanto semakin bagus. Hal itu terlihat karena JI sudah memiliki struktur, seperti ada deputi, sekretaris, hingga bendahara.
Tak hanya itu, mereka juga memiliki kurir-kurir yang bertugas melancarkan strategi, baik dalam perekrutan ataupun saat serangan teror dilaksanakan.
“Adapun strateginya dia antara lain dengan membuat tamkin atau penguasaan wilayah, di beberapa wilayah oleh dia diperkuat karena dia sudah membentuk organisasi yang lebih modern kemudian dia juga dalam organ itu ada penyandang dana atau pencari dana yang memiliki basic ekonomi,” kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (12/7).
Selain itu, Dedi menuturkan JI juga melakukan rekrutmen secara tertutup. Mereka dilatih dan dikirim ke luar negeri untuk ikut berperang di Suriah hingga Irak.
ADVERTISEMENT
“Kemudian dia juga melakukan propaganda-propaganda dengan menggunakan media, baik media sosial maupun media yang dia buat sendiri. Kemudian ini semua dalam rangka membentuk satu opini tentang kelompok tersebut,” ungkap Dedi.
Div Humas Polri menunnjukan foto Teroris yang berhasil di amankan. Foto: Raga Imam/kumparan
Bukan hanya melalui media, JI disebut juga mendekati tokoh-tokoh masyarakat atau agama untuk mendapatkan dukungan. Sehingga, mereka dapat melancarkan aksinya secara sembunyi-sembunyi.
JI juga mempelajari management chaos untuk menyusup dalam setiap demonstrasi yang terjadi.
“Ya management chaos ini dia melihat dinamika di masyarakat. Ketika terjadi demo, dia bisa melakukan upaya serangan secara silent dan membuat chaos. Kemudian strategi berikut melakukan polarisasi umat serta pembentukan daulah-daulah,” tuturnya.
Dedi menyebut hingga kini pembangunan kekuatan JI masih berpusat di Pulau Jawa. Meski begitu, kekuatan ekonomi mereka dibangun di wilayah-wilayah lain di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dan NTB.
Ilustrasi Teroris Foto: Flickr / malatyahaber44
Saat ini, Polri masih mendalami aliran dana untuk JI. Termasuk juga terduga angggota JI lainnya yang masih dikejar oleh Densus 88.
ADVERTISEMENT
“Ya nantinya kalau memang beberapa tersangka ini yang deputi-deputinya berhasil ditangkap semuanya, baru ini akan terlihat semuanya. Dana yang terhimpun berapa, kemudian disalurkan ke mana,” tutup Dedi.
Pimpinan JI Para Wijayanto ditangkap pada 29 Juni di sebuah hotel di Jati Raden, Kecamatan Jatisampurna, Bekasi. Ia sudah buron sejak 2003 dan melancarkan sejumlah aksi peledakan di berbagai daerah.
JI dibawah pimpinan Para terus bergerak membangun jaringan baru, bahkan berafiliasi dengan Al-Qaeda. Sejak 2007, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sudah memutuskan JI sebagai organisasi terlarang.