Studio Arsitektur Bandung Raih Penghargaan American Architecture Prize

9 Agustus 2017 8:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pemenang American Architecture Prize. (Foto: Dok. Daliana Suryawinata)
zoom-in-whitePerbesar
Pemenang American Architecture Prize. (Foto: Dok. Daliana Suryawinata)
SHAU, sebuah studio arsitektur di Bandung, berhasil meraih penghargaan internasional Firm of the Year Award 2017 dari American Architecture Prize (AAP).
ADVERTISEMENT
"SHAU terpilih sebagai pemenang dalam kategori Small Firm of the Year in Sustainable Architecture," ujar Daliana Suryawinata, salah satu arsitek pendiri, kepada kumparan Den Haag (kumparan.com), Selasa (8/8/2017).
Nama SHAU sendiri adalah akronim dari Suryawinata-Heinzelmann Architecture & Urbanism, didirikan pada tahun 2009 oleh arsitek Indonesia Daliana Suryawinata ST M. Arch IAI, arsitek Jerman Florian Heinzelmann Dipl.-Ing (FH), M. Arch. SBA, dan Tobias Hofmann Dipl.-Ing (FH) di Rotterdam (Belanda), Munich-Passau (Jerman), dan kini di Bandung (Indonesia).
SHAU menyisihkan para finalis lain seperti Eleena Jamil Architect (Malaysia) dan Kikuma Watanabe +D Environmental Design System Laboratory (Jepang). Peserta award ini berasal dari 40 negara di seluruh dunia.
Dewan juri penghargaan ini terdiri dari 32 profesional di bidang arsitektur dan desain, termasuk arsitek kelas dunia Alejandro Zaera-Polo dan Ben van Berkel, arsitek akademisi Peggy Deamer (Yale University), media icon Dan Howarth (pendiri Dezeen) dan Troy C. Therrien (Guggenheim Foundation).
ADVERTISEMENT
Beberapa kriteria penilaian juri yang menetapkan SHAU sebagai pemenang antara lain mencakup keunggulan desain arsitektur selama 5-10 tahun, visi dan misi, kontribusi terhadap isu sustainability dan pengaruhnya terhadap masyarakat, penghargaan dan publikasi media yang selama ini sudah diraih, serta bagaimana budaya organisasi.
Menurut Daliana yang meraih gelar masternya di Berlage Institute Rotterdam, penghargaan ini adalah program perdana dari AAP, yang bertujuan memajukan apresiasi terhadap kualitas desain arsitektur di seluruh dunia. Terdapat beberapa kategori, yaitu kategori multidisciplinary, sustainable, residential, institutional, dan commercial and industrial.
Sebelumnya SHAU juga telah memenangkan sejumlah penghargaan internasional antara lain Architizer A+ Award 2017, World Architecture Community Award 2016, dan sempat menjadi finalis Architectural Review Emerging Architecture Award 2016.
ADVERTISEMENT
SHAU, lanjut Daliana, merancang bangunan dan tata kota dengan inovasi desain dan problem-solving yang unik dengan misi selalu mengedepankan tanggung jawab lingkungan dan sosial. Karya-karya SHAU pernah dipamerkan di Venice Biennale, International Architecture Biennale Rotterdam, Galeri Nasional, Erasmus Huis, Kota Tua Creative Festival dan lainnya.
Desain pemenang American Architecture Prize. (Foto: Dok. Daliana Suryawinata)
zoom-in-whitePerbesar
Desain pemenang American Architecture Prize. (Foto: Dok. Daliana Suryawinata)
Beberapa karya SHAU yang terkenal adalah perpustakaan ‘Microlibraries’ yang sudah direalisasikan di Taman Bima, Taman Lansia dan direncanakan di beberapa lokasi di Bandung dan mancanegara.
Juga rumah susun ‘Muara Angke Fishing Village’ di Jakarta, masterplan alternatif reklamasi ‘Jakarta Jaya’, rumah hemat energi ‘Leitenhaus’ dekat sungai Danube di Jerman, penataan pasar di Bojonegoro, dan ruang publik ‘Taman Film’ di bawah jembatan layang Pasupati Bandung.
ADVERTISEMENT
SHAU memiliki jaringan yang luas di Indonesia dan luar negeri. Beberapa kolaborator SHAU adalah Indonesian Diaspora Foundation, Indonesian Diaspora Network (IDN) Liveable Cities, Kedutaan Besar Belanda di Jakarta, Deltares, Future Cities Lab, National University of Singapore, ETH Zurich, biro arsitektur terkemuka dunia seperti KCAP, OMA, MVRDV, andramatin, PT Han Awal and Partners.
"Saat ini SHAU juga menjadi finalis di dua ajang penghargaan arsitektur kelas dunia yang belum bisa diumumkan namanya," tutup Daliana, yang saat ini tengah menempuh program S3 di Delft University of Technology, Belanda.
Reporter kumparan Den Haag: Eddi Santosa