Suami Perdana Menteri Luksemburg di Tengah First Lady NATO

3 Juni 2017 23:25 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Destenay, Mojca Stropnik dan Thora Margret  (Foto: REUTERS/Hannah Mckay)
zoom-in-whitePerbesar
Destenay, Mojca Stropnik dan Thora Margret (Foto: REUTERS/Hannah Mckay)
Ada yang tak biasa dalam sesi foto First Lady negara-negara yang tergabung dalam North Atlantic Treaty Organization (NATO) pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Yang namanya First Lady, lazimnya akan menampilkan perempuan-perempuan anggun yang menjadi panutan masyarakat negaranya. Namun kehadiran Gauthier Destenay memastikan kebiasaan tersebut tak mendapat tempat dalam pertemuan pakta pertahanan negara-negara aliansi Amerika Serikat yang dilaksanakan di Brussels, Jumat (26/5) lalu.
Alih-alih sebagai First Lady, Gauthier Destenay berada di barisan tersebut sebagai First Gentleman. Ia merupakan suami dari Perdana Menteri Luksemburg, Xavier Bettel, setelah keduanya menikah di tahun 2015. Bettel saat ini merupakan perdana menteri satu-satunya di dunia yang secara terbuka mengakui bahwa ia adalah homoseksual.
Meski begitu, Xavier Bettel bukanlah perdana menteri pertama yang mengakui homoseksual secara terbuka. Sebelumnya, mantan Perdana Menteri Belgia Elio Di Rupo dan mantan Perdana Menteri Jóhanna Sigurõardóttir juga secara terbuka mengakui apabila mereka homoseksual dan lesbian.
Gauthier Destenay di antara First Lady NATO (Foto: REUTERS/Hannah Mckay)
zoom-in-whitePerbesar
Gauthier Destenay di antara First Lady NATO (Foto: REUTERS/Hannah Mckay)
Foto tersebut jelas menarik perhatian masyarakat dunia. Pasalnya, foto Destenay yang berpose di antara perempuan-perempuan nomor satu negara-negara NATO seperti Ratu Mathilde dari Belgia hingga istri presiden Amerika Serikat, Melania Trump.
ADVERTISEMENT
Menariknya, akun Facebook resmi Gedung Putih sempat tak menuliskan nama Destenay dalam keterangan foto yang diunggahnya. Meski begitu, caption foto tersebut diubah setelah ribuan netizen mengomentari hilangnya nama simbol kemajuan penerimaan kaum LGBT oleh negara-negara NATO tersebut.
Editor: Marcia Audita