Sudan Makin Mengerikan, Mayat Korban Perang Tergeletak di Jalanan Ibu Kota

20 April 2023 11:13 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Sudan menyapa tentara, yang setia kepada panglima militer Abdel Fattah al-Burhan, di kota Laut Merah Port Sudan pada 16 April 2023. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Warga Sudan menyapa tentara, yang setia kepada panglima militer Abdel Fattah al-Burhan, di kota Laut Merah Port Sudan pada 16 April 2023. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Sudan mencekam akibat perang saudara yang pecah pekan lalu. Mayat-mayat korban perang tergeletak di jalanan ibu kota Khartoum.
ADVERTISEMENT
Sampai Kamis (20/4) sebanyak 270 warga sipil kehilangan nyawa akibat perang. Jumlah korban jiwa akan meroket jika ditambahkan dengan yang tewas dari militer dan paramiliter.
Sejak Rabu (19/4) ribuan warga Khartoum mulai angkat kaki dari rumahnya ke tempat lebih aman.
Orang-orang berjalan melewati toko-toko yang tutup di Khartoum, Sudan, Selasa (18/4/2023). Foto: Marwan Ali/AP Photo
"Sangat mustahil hidup di Khartoum bila perang tidak berhenti," kata seorang warga yang memilih kabur, Alawya al-Tayeb seperti dikutip dari AFP.
"Saya mencoba menghindarkan anak-anak saya melihat jenazah terbunuh di jalanan," sambung dia.
Al-Tayeb menambahkan, kondisi perang membuat anak-anaknya trauma. Mereka membutuhkan perawatan segera.
Warga Khartoum yang memilih kabur lainnya juga menyampaikan keluh kesah serupa. Kondisi Khartoum dengan mayat-mayat tergeletak di jalanan sangat memprihatinkan.
Warga Sudan. Foto: AFP
Bahkan beberapa saksi mata mengakui bahwa udara di jalanan Khartoum tercium bau mayat yang begitu menyengat.
ADVERTISEMENT
Perang saudara Sudan nampak jauh dari kata usai. Bahkan upaya gencatan senjata sudah dua kali gagal.
Pihak-pihak internasional sudah mulai upaya menciptakan perdamaian di Sudan. Sekjen PBB Antonio Guterres pada Kamis ini mengumumkan bakal bertemu pemimpin Uni Afrika, Liga Arab dan blok regional lainya demi membahas solusi krisis Sudan.
Perang saudara di Sudan disebabkan pertikaian integrasi kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) ke dalam militer.
Perang saudara membuat transisi Sudan dari pemerintah sementara ke pemerintahan sipil demokratis terancam gagal. Padahal Pemerintahan Sipil merupakan cita-cita sebagian besar warga Sudan yang lebih dari tiga dekade dipimpin Presiden tangan besi Omar Al-Bashir, yang dikudeta pada 2019.