Sudan Masih Berkecamuk, 30 Lebih Orang Tewas Kena Serangan Udara di Ibu Kota

12 Januari 2024 19:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga sipil Sudan berjalan di sekitar toko yang tutup karena alasan keamanan di kota Gedaref di Sudan timur pada 10 Januari 2024. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Warga sipil Sudan berjalan di sekitar toko yang tutup karena alasan keamanan di kota Gedaref di Sudan timur pada 10 Januari 2024. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perang saudara antara paramiliter Rapid Support Forces (RSF) dan Angkatan Bersenjata Sudan Armed Forces (SAF) yang sudah pecah sejak sembilan bulan lalu masih berlanjut di berbagai wilayah Ibu Kota Sudan, Khartoum.
ADVERTISEMENT
Adapun pertempuran berdarah itu melibatkan pasukan SAF yang dipimpin Panglima Angkatan Darat Abdel Fattah al-Burhan dan eks wakilnya yang kini menjadi pemimpin RSF, Mohamed Hamdan Daglo alias Hemedti.
Dikutip dari AFP, kelompok pengacara Sudan Emergency Lawyers pada Jumat (12/1) melaporkan sedikitnya 33 warga sipil telah tewas terkena serangan udara yang terjadi sehari sebelumnya.
"Pada hari Kamis, 23 warga sipil tewas dan beberapa lainnya terluka akibat pengeboman udara di distrik Soba, Khartoum selatan," bunyi pernyataan Emergency Lawyers.
Kelompok ini juga mengkonfirmasi 10 orang lainnya telah tewas di bagian selatan Khartoum akibat serangan artileri. Laporan korban tewas itu juga dikonfirmasi oleh 'komite perlawanan' pro-demokrasi yang selama perang memberikan bantuan kepada warga.
Warga sipil Sudan berjalan di sekitar toko yang tutup karena alasan keamanan di kota Gedaref di Sudan timur pada 10 Januari 2024. Foto: AFP
Disebutkan, 10 warga sipil tewas oleh tembakan artileri di daerah permukiman dan pasar tradisional setempat.
ADVERTISEMENT
Tidak disebutkan siapa yang bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi Emergency Lawyers meyakini bahwa dalangnya merupakan pihak yang menguasai udara di wilayah-wilayah tersebut.
Adapun jalanan di Khartoum — yang menjadi titik pertempuran, dikendalikan oleh RSF. Sementara al-Burhan masih mengeluarkan pernyataan sebagai penguasa sah Sudan.
Selain itu, RSF juga menguasai hampir seluruh wilayah Darfur dan pada Desember lalu merangsek lebih dalam ke Negara Bagian Al-Jazira. Sehingga, RSF diprediksi ingin memperluas kekuasaannya hingga ke luar Khartoum.
Baik SAF maupun RSF telah dihadapkan pada tuduhan melakukan kejahatan perang selama pertempuran meletus. Upaya mediasi internasional yang dilakukan oleh Amerika Serikat, Arab Saudi, dan blok Afrika Timur juga telah gagal.