Sudirman Said: Nyanyian Robertus Robet Ingatkan TNI Tak Berpolitik

8 Maret 2019 17:02 WIB
clock
Diperbarui 20 Maret 2019 20:08 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Materi dan Debat BPN Prabowo-Sandi, Sudirman Said, saat di konferensi pers BPN Prabowo-Sandi di Media Center BPN, Jakarta, Senin (18/2). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Materi dan Debat BPN Prabowo-Sandi, Sudirman Said, saat di konferensi pers BPN Prabowo-Sandi di Media Center BPN, Jakarta, Senin (18/2). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Kasus dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Robertus Robet, yang ditangkap Bareskrim Polri pada Kamis (7/3) karena dianggap menghina TNI, menuai perhatian luas. Robert menjadi tersangka ujaran kebencian, namun akhirnya dibebaskan.
ADVERTISEMENT
Tim sukses Prabowo-Sandi, Sudirman Said, menilai kasus ini harus dilihat secara jernih. Nyanyian Robert yang salah satu syairnya 'angkatan bersenjata RI tidak berguna, bubarkan saja diganti menwa', adalah kritik terhadap ABRI era Orba.
“Kita perlu lebih tenang dan jernih memahami kasus yang di alami oleh Saudara Robertus Robert. Kalau melihat sepotong video ketika dia menyanyikan lagu pelesetan Mars ABRI memang membuat hati kita jadi panas. Tapi akan baik kalau dicek konteksnya," ucap Sudirman Said, Jumat (8/3).
Menurutnya, lagu itu dia nyanyikan sebagai pengingat jangan sampai TNI kembali ke masa lalu, sebelum reformasi 1998. Ketika itu reputasi tentara memang mengalami penurunan, karena terlalu jauh diseret ke lapangan politik, bahkan bisnis.
ADVERTISEMENT
“Di forum itu Robertus ingin mengingatkan agar reformasi yang sudah terjadi pada tubuh TNI jangan dicederai oleh agenda-agenda politik jangka pendek. Karena ada kecenderungan menyeret-nyeret TNI aktif dalam politik maupun mengisi posisi sipil; sesuatu yang sudah dengan susah payah diluruskan oleh para senior di TNI sendiri,” paparnya.
TNI Polri dan Pilpres 2019 Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan
Lebih dari itu, kata Sudirman, ekspresi Robert adalah wujud dari kebebasan akademik, wujud dari partisipasi kalangan akademis dalam menjaga demokrasi dan kehidupan bernegara. Gagasan ini menjadi bagian dari visi Prabowo ke depan.
Namun, di atas semuanya, Sudirman mengatakan kita harus mengakui bahwa kehidupan demokrasi saat ini memang terancam ada kemunduran.
ADVERTISEMENT
"Terlalu banyak orang yang berbeda pendapat, terus dihadapi dengan presekusi dan ditangkap, diadilli,” pungkasnya.