Sugiono: Diaspora Aset Strategis Bangsa Indonesia

10 Januari 2025 19:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
WNI di Brasil menyambut kedatangan Presiden Prabowo Subianto pada Sabtu (17/11/2024). Foto: Tim Media Prabowo Subianto
zoom-in-whitePerbesar
WNI di Brasil menyambut kedatangan Presiden Prabowo Subianto pada Sabtu (17/11/2024). Foto: Tim Media Prabowo Subianto
ADVERTISEMENT
Peningkatan peran diaspora dalam diplomasi Indonesia menjadi salah satu prioritas program Asta Cita yang diusung Kabinet Prabowo-Gibran.
ADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, menyebut bentuk diplomasi tersebut akan menjangkau lebih dari 8 juta jiwa diaspora di berbagai belahan dunia.
“Pemerintahan Presiden Prabowo mengajak Bapak dan Ibu para diaspora, untuk bekerja sama membangun bangsa. Sesuai dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing di berbagai medan pengabdian,” tutur Sugiono dalam Pernyataan Pers Tahunan Menlu di Jakarta, Jumat (10/1).
Menyambung pidatonya, Menlu yang baru menjabat selama tiga bulan itu juga mengucapkan terima kasih kepada para diaspora Indonesia.
“Bapak dan Ibu merupakan aset strategis bangsa,” katanya.
Guna mengoptimalisasi peran Warga Negara Indonesia di luar negeri, pemerintahan Prabowo akan mengubah brain drain Indonesia menjadi brain gain for Indonesia.
“Kita bertekad untuk menciptakan jaringan talenta global Indonesia dalam rangka untuk membangun dan mencari inovasi-inovasi baru yang bermanfaat bagi perkembangan dan pembangunan bangsa dan negara,” jelas Sugiono di depan para wartawan dan duta besar.
Mentri Luar Negeri Sugiono menyampaikan pidato pada PPTM 2025 di Jakarta, Jumat (10/1/2025). Foto: Tiara Hasna/kumparan
Mengenai Visi Indonesia 2045, ia menyoroti kebutuhan postur diplomasi yang tangguh dan sesuai dengan marwah Indonesia sebagai sebuah negara besar.
ADVERTISEMENT
“Kita akan melakukan upaya-upaya untuk menjaga wibawa politik luar negeri Indonesia, dan menunjukkan diri sebagai negara besar dan berdaulat di mata masyarakat internasional,” ungkap Sugiono.
Menurutnya kini diplomasi Indonesia harus bisa beradaptasi dan tidak lagi terjebak dalam rutinitas. Contohnya dengan menciptakan infrastruktur fisik dan non-fisik yang memadai dan juga memanfaatkan diplomatic tools yang tepat untuk mencapai kepentingan nasional.
Tak hanya itu, dalam menghadapi tantangan global, Sugiono juga menekankan perlunya peningkatan kapasitas Kementerian Luar Negeri.
“Kita membutuhkan diplomat-diplomat yang tangguh, kreatif, gesit dan berani, didukung oleh sistem data dan komunikasi yang responsif,” tutupnya.