Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Sugiono Sebut RI Tetap Minat Masuk BRICS meski Trump Ancam Tarif 100%
2 Desember 2024 15:34 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, menegaskan bahwa Indonesia tetap pada rencana awal untuk bergabung dengan BRICS meski Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengancam akan menerapkan tarif hingga 100 persen bagi anggota blok tersebut yang melemahkan dominasi dolar AS.
ADVERTISEMENT
“Masih (minat masuk BRICS), belum ada perubahan,” kata Sugiono di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (2/12).
Sugiono menjelaskan, ancaman Trump terkait dedolarisasi tidak relevan dengan pembahasan dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia, Oktober lalu.
“Pada saat KTT BRICS di Kazan [Rusia] itu tidak ada pembicaraan mengenai dedolarisasi. Kalau misalnya ada statement dari presiden terpilih Amerika Serikat seperti itu, ya, yang pasti pada saat KTT kemarin tidak dibicarakan,” ujarnya.
Ancaman Trump dan Sikap Indonesia
Ancaman Trump muncul melalui unggahan di Truth Social, Sabtu (30/11), ia memperingatkan akan menerapkan tarif hingga 100 persen bagi negara-negara anggota BRICS yang mendukung dedolarisasi atau penciptaan mata uang baru yang menggantikan dolar AS.
“Kami menuntut komitmen agar negara-negara tersebut tidak melemahkan dolar AS, atau mereka harus menghadapi tarif tinggi dan kehilangan akses ke pasar AS,” tulis Trump.
ADVERTISEMENT
Ancaman Trump ini juga diunggah di X.
Namun, Sugiono menyebut ancaman ini tidak akan mengubah langkah Indonesia kecuali jika ada ancaman nyata terhadap kepentingan nasional.
“Kalau misalnya itu merupakan sesuatu yang sifatnya mengancam kepentingan nasional, ya, kita bisa saja kan melihat kembali siklusnya seperti apa,” kata orang dekat Presiden Prabowo ini.
BRICS dan Dedolarisasi
BRICS yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, serta tambahan anggota seperti Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab, belakangan memang gencar mendorong dedolarisasi.
Langkah ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan internasional dengan mengutamakan penggunaan mata uang lokal.
Beberapa mitra BRICS dari negara lain, termasuk Indonesia, tengah menyatakan minatnya untuk bergabung BRICS.
Keinginan tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri RI Sugiono saat menghadiri KTT BRICS. Presiden Prabowo Subianto juga telah menggaungkan rencana tersebut dalam berbagai forum internasional.
Meski demikian, Sugiono menegaskan bahwa isu dedolarisasi tidak menjadi agenda utama dalam KTT terakhir.
ADVERTISEMENT
“Kemarin pada saat KTT tidak ada pembicaraan mengenai dedolarisasi. Kemudian yang menggunakan mata uang, kemarin juga tidak ada pembicaraan mengenai mata uang. Yang dibicarakan adalah situasi hubungan multilateral, kemudian suasana geopolitik dunia saat ini,” jelasnya.
Strategi Trump
Langkah ancaman tarif tinggi bukan hal baru dalam kebijakan Trump.
Sebelumnya, ia menerapkan strategi serupa terhadap Meksiko, Kanada, dan China untuk memperkuat posisi AS di panggung global.
Meski begitu, penelitian dari Atlantic Council menunjukkan bahwa posisi dolar sebagai mata uang cadangan global masih kuat dalam jangka pendek dan menengah.