Suharso Klarifikasi Polemik Pidato 'Amplop untuk Kiai': Saya Minta Maaf

19 Agustus 2022 19:48 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa menyampaikan pidato sebelum menyerahkan berkas pendaftaran partai politik calon peserta Pemilu 2024 di gedung KPU, Jakarta, Rabu (10/8/2022). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa menyampaikan pidato sebelum menyerahkan berkas pendaftaran partai politik calon peserta Pemilu 2024 di gedung KPU, Jakarta, Rabu (10/8/2022). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pidato Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa dalam acara KPK menuai polemik, karena menyebut ada tradisi memberi amplop pada kiai jika berkunjung.
ADVERTISEMENT
Suharso akhirnya mengklarifikasi dan menyebut pidatonya yang menuai polemik itu hanyalah penggalan. Melalui Instagram, Suharso pun meminta maaf.
"Saya minta maaf," ucap Suharso dikutip dari Instagramnya, Jumat (19/8).
Dia menyesalkan ada pihak yang dengan sengaja mencuplik atau memotong sambutannya pada acara politik cerdas berintegritas yang digelar KPK pada senin (15/8) itu, sehingga menjadi di luar konteks.
"Sambutan saya itu pada saat itu tidaklah berdiri sendiri, selain merespons atas apa yang disampaikan oleh Wakil Ketua KPK Pak Nurul Ghufron yang waktu itu saya undang beliau dengan sebutan Kiai Ghufron. Mengapa? Agar sambutan saya secara esensial berkesinambungan dengan disampaikan beliau," ujarnya.
Sambutan Ghufron yang dicuplik Suharso adalah pesan yang mengingatkan bahwa saat seseorang mengikrarkan diri bergabung atau berjuang dengan partai, posisi sebelumnya adalah seorang hamba dan khalifah Tuhan yang kelak harus mempertanggungjawabkan perbuatan di hari akhir.
ADVERTISEMENT
"Kiai Nurul Ghufron menekankan bahwa dengan mengikuti Politik Cerdas Berintegritas diharapkan para peserta menetapkan dirinya agar jangan terbawa ikut-ikutan mengandalkan keuangan yang maha kuasa dan meninggalkan Ketuhanan Yang Maha Esa, terlebih PPP yang berasaskan Islam," bebernya.
Selain itu, sambutan Suharso juga merespons paparan Deputi Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK, Wawan Wardiana, yang menguraikan pentingnya edukasi antikorupsi untuk menumbuhkembangkan budaya antikorupsi.
"Agar antara lain masyarakat tidak lagi membenarkan hal yang biasa kecuali itu benar, melainkan membiasakan hal-hal yang benar. Jadi bukan membenarkan hal-hal yang biasa, melainkan membiasakan hal-hal yang benar. Itu pesan-pesan yang saya tangkap dan ingin saya ulangi dan garis bawahi," kata Suharso.
Suharso menyebut pidatonya yang mengungkap pengalaman saat dia menjabat Plt Ketum PPP lalu sowan ke kiai-kiai dan mendapati informasi harus ada amplop, hanya ilustrasi.
ADVERTISEMENT
"Sedikit merefleksikan atas apa yang saya alami sebagai sebuah ilustrasi, sama sekali tidak ada maksud untuk menyalahkan siapa pun. Saya hanya mengilustrasikan saya akui mungkin saya terbawa emosi untuk mencoba tahu diri," pungkasnya.