Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Sepekan terakhir, fenomena embun es terjadi di wilayah dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Fenomena ini terjadi lantaran suhu di wilayah setempat yang mencapai 0 sampai -9 derajat.
ADVERTISEMENT
Kepala UPT Pengelola Objek Wisata Dieng, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara, Aryadi Darwanto, mengungkapkan, fenomena ini acapkali terjadi saat musim kemarau. Hanya saja, tahun ini terjadi lebih awal.
Sebenarnya, menurut Arya, fenomena ini biasa terjadi pada puncak musim kemarau sekitar Juli-Agustus terutama pada dini hari saat suhu udara di bawah 0 derajat Celcius.
Namun tahun ini, terjadi lebih awal dan terhitung sudah 9 kali terjadi selama bulan Juni. Berdasarkan informasi yang diterimanya dari BMKG, hal ini disebabkan angin muson Australia.
"Untuk tahun ini, embun es muncul lebih awal. Bulan Mei kemarin 3 kali. Untuk bulan ini saja sudah 9 kali dimana yang 8 terjadi berturut-turut sejak Senin lalu sampai pagi tadi paling ekstrem di kompleks Candi Arjuna, tepatnya di lapangan sebelah timur candi," ungkapnya kepada kumparan, Senin (24/6).
ADVERTISEMENT
Dijelaskan, suhu ekstrem yang pagi tadi terjadi mencapai -9 derajat ini, membuat embun pagi membeku sehingga nampak seperti butiran salju yang menempel di hamparan rumput lapangan.
"Saya amati, kalau daerah Dieng Kulon itu suhunya sampai 5 derajat, maka di lapangan akan terjadi embun es ini," kata Arya.
Diperkirakan hal ini masih akan terjadi hingga Agustus, tapi Arya meyakini kejadian ini tidak akan berpengaruh pada wisata Dieng. Justru, kata Arya, menambah antusiasme masyarakat untuk melihat fenomena tersebut.
"Sampai sejauh ini, saya belum mendapatkan data pasti apakah menurun atau tidak. Tetapi dari laporan pemilik homestay, justru bertambah dan banyak bertanya kapan kalau mau lihat fenomena ini," kata Arya.
Meski begitu, Arya tak bisa menjamin bahwa fenomena ini akan terjadi setiap hari. Sebab, prediksi awal yang harusnya terjadi pada Juli-Agustus saja meleset.
ADVERTISEMENT
"Kalau di wilayah sekitar, Semarang, Temanggung, DIY itu kan dekat, 4 jam saja sampai. Bisa kalau ngejar berangkat malam, subuh sampai untuk lihat. Tapi kalau wilayah Jakarta, jaraknya kan jauh. Itu sulit dan kalau menginap pun belum tentu besoknya akan ketemu," ucapnya.
Di sisi lain, Arya juga mengimbau agar masyarakat yang memang antusias untuk melihat fenomena ini untuk tetap memperhatikan keselamatan.
Sebab, pagi tadi, dirinya menemukan tiga tenda dari wisatawan yang ternyata sengaja bermalam untuk bisa menjumpai fenomena tersebut.
"Saya tidak menyarankan, tapi juga tidak bisa mencegah karena area itu juga memang tempat camping. Tapi suhunya rendah sekali, jadi harus tetap hati-hati," kata Arya.
Sementara itu, salah satu pemilik penginapan dan toko oleh-oleh di Dieng, Hasta Priyandono, mengungkapkan, munculnya embun es menjadi berkah tersendiri baginya. Pasalnya, banyak wisatawan yang menginap karena ingin melihat fenomena embun upas pada pagi hari.
ADVERTISEMENT
"Jelas meningkat, terlebih sekarang dimudahkan dengan medsos. Di kompleks Candi Arjuna setiap pagi ramai pengunjung, penginapan alhamdulillah banyak yang booking dan otomatis peluang membeli oleh-oleh juga besar," bebernya.
Meskipun menjadi daya tarik bagi wisatawan, fenomena embun es yang muncul pada puncak musim kemarau ini merupakan musuh besar bagi para petani di Dataran Tinggi Dieng. Pasalnya kemunculan embun es dapat merusak tanaman kentang.