Sukabumi Berduka, Pemprov Jabar Siapkan 3 Langkah Penanganan

5 Desember 2024 20:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah warga menyaksikan dampak banjir bandang di Kampung Cieurih, Desa Datarnangka, Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (5/12/2024). Foto: Iman/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah warga menyaksikan dampak banjir bandang di Kampung Cieurih, Desa Datarnangka, Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (5/12/2024). Foto: Iman/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Penjabat (PJ) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mendorong 3 hal jadi fokus utama dalam penanganan banjir bandang dan longsor yang terjadi di Kabupaten Sukabumi.
ADVERTISEMENT
Bey telah meninjau Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, yang jadi salah satu titik paling terdampak, pada Kamis (5/12).
Setelah peninjauan, pihaknya menggelar rapat penanganan dampak bencana, didampingi Kapolda Jawa Barat, Bupati Sukabumi, serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Pertama fokus pada evakuasi warga, fokus pada transport [akses] yang terputus oleh longsor, karena ada beberapa jembatan dan jalan yang putus,” katanya di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi.
Adapun fokus ketiga, ialah penyaluran bantuan dan logistik ke daerah yang terisolir akibat putusnya akses. Bey mengatakan hal tersebut dapat diatasi dengan cara menggunakan kapal.
Anak-anak berjalan kaki dilokasi yang terdampak banjir bandang di Kampung Cieurih, Desa Datarnangka, Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (5/12/2024). Foto: Iman/ANTARA FOTO
Banjir bandang luapan sungai Cikaso di Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi. Foto: Dok. Istimewa
“Untuk akses yang terputus, lewat kapal bisa dilakukan,” katanya.
Bersama BNPB, Bey pun sepakat akan mendirikan posko utama penanggulangan bencana di Palabuhanratu. Hal tersebut bertujuan agar penyaluran bantuan dapat terkoordinasi, dan terkontrol dengan baik.
ADVERTISEMENT
Meski tak terjadi banjir susulan, Bey mengimbau warga terdampak tetap tinggal di pengungsian. Ini penting dilakukan demi keselamatan, kata Bey, sembari menunggu hasil kajian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait lokasi pergerakan tanah di Cikembar.
“Apakah lokasi itu sudah tidak layak dihuni? Kalau tidak layak harus direlokasi. Kalau [ditetapkan] tanggap darurat, sesuai aturan BNPB yang rusak berat diganti Rp 50 juta, sedang Rp 30 juta, rusak ringan Rp 10 juta dengan assesment,” paparnya.
Bey juga meminta Bupati Sukabumi Marwan Hamami agar lebih massif mengimbau warganya agar waspada. Terutama bagi mereka yang tinggal di bantaran sungai.
Hal ini penting, mengingat saat ini terjadi pergeseran puncak musim hujan yang intensitas tingginya akan terjadi pada Januari 2025.
ADVERTISEMENT
Bey juga mengakui dampak dari bencana ini membuat aliran listrik 138.000 pelanggan terputus. Akibatnya data terkait korban bencana terlambat karena saluran komunikasi terputus akibat listrik mati. Saat ini menurut laporan PLN 57.000 pelanggan sudah bisa kembali menikmati listrik.
“Yang tidak bisa tersambung karena ada jalan yang tidak bisa ditempuh oleh PLN. Jadi data memang agak terhambat, kami akan update lewat Posko Utama Pelabuhan Ratu,” pungkasnya.