Sulitnya Menyalurkan Bantuan untuk Korban Gempa Suriah

13 Februari 2023 3:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim penyelamat mengevakuasi seorang anak setelah gempa di kota Jandaris, Aleppo, Suriah.  Foto: Khalil Ashawi/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Tim penyelamat mengevakuasi seorang anak setelah gempa di kota Jandaris, Aleppo, Suriah. Foto: Khalil Ashawi/REUTERS
ADVERTISEMENT
Penyaluran bantuan internasional kepada korban gempa bumi di Suriah tersendat. Konflik bertahun-tahun menjadi salah satu penyebabnya.
ADVERTISEMENT
Selama satu dekade terakhir, perang saudara terjadi di Suriah. Kekerasan tersebut berakar dari protes terhadap Presiden Suriah, Bashar al-Assad, pada 2011 lalu. Demonstrasi kemudian berubah menjadi perang yang turut melibatkan kekuatan asing.
Alhasil, Suriah telah menjadi zona yang dikendalikan pihak-pihak yang bersaing. Sejak itu, ribuan orang telah tewas dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal di Suriah.
Sepanjang konflik tersebut, Rusia dan Iran mengambil peran sebagai pendukung utama Assad. Sementara itu, Turki mengulurkan tangannya kepada pemberontak yang menentang Assad.
Turki berencana memberantas Satuan Perlindungan Rakyat (YPG), yang dicapnya sebagai organisasi teroris perpanjangan tangan Partai Buruh Kurdistan (PKK). PKK memimpin pemberontakan bersenjata melawan Turki sejak 1984.
Sejumlah pria mengibarkan bendera menjelang salat Jumat perdana di luar Masjid Agung Hagia Sophia, di Istanbul, Turki, Jumat (24/7). Foto: REUTERS
Barat laut Suriah menjadi salah satu lokasi yang terdampak gempa parah. Dikutip dari AFP, untuk sampai ke wilayah tersebut, hanya bisa melewati wilayah yang dikuasai pemberontak, yakni di Bab al-Hawa.
ADVERTISEMENT
Bab al-Hawa adalah satu-satunya titik bantuan internasional untuk menjangkau orang-orang di daerah yang dikuasai pemberontak di Suriah setelah hampir 12 tahun perang saudara, setelah akses lainnya ditutup di bawah tekanan dari China dan Rusia.
Daerah Suriah barat laut, yang telah dirusak oleh perang saudara selama lebih dari satu dekade, berada dalam situasi yang sangat mengerikan usai gempa. Mereka tidak dapat menerima bantuan dari bagian wilayah Suriah yang dikuasai pemerintah tanpa izin Damaskus.
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Foto: AFP/PIERRE ALBOUY
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa Presiden Bashar al-Assad mempertimbangkan untuk membuka sejumlah penyeberangan di perbatasan agar bantuan bagi korban gempa bisa tersalurkan ke wilayah barat laut.
Tedros mengatakan telah bertemu dengan Assad di Damaskus pada Minggu (12/2) untuk membahas soal bantuan terhadap korban gempa. Sejauh ini gempa telah menewaskan 33 ribu orang baik di Turki maupun Suriah.
ADVERTISEMENT
"Sore ini saya bertemu dengan Yang Mulia Presiden Assad, yang mengindikasikan dia terbuka untuk mempertimbangkan titik akses lintas batas tambahan untuk keadaan darurat ini," kata Tedros di Suriah.
Dia juga memuji "persetujuan menyeluruh baru-baru ini oleh pemerintah Suriah untuk PBB untuk pengiriman lintas batas" untuk membawa bantuan ke barat laut yang dikuasai pemberontak.
Sementara Damaskus telah mengizinkan konvoi bantuan lintas garis untuk terus maju dari daerah yang dikuasai pemerintah, Tedros mengatakan WHO masih menunggu lampu hijau dari daerah yang dikuasai pemberontak sebelum masuk.
"Kami siaga," kata dia.
"Kita bisa bergerak kapan saja sekarang ke garis silang ke barat laut, berdasarkan izin menyeluruh yang kita miliki... dari sisi ini. Sekarang kita menunggu kabar dari sisi lain (pemberontak) juga," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Saat kita mendapatkannya, kita akan menyeberang ke barat laut," sambungnya.