Sultan Bisa Gunakan Hak Prerogatif Tunjuk Penerus Trah Keraton Yogyakarta

26 Januari 2021 20:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Hubungan internal Keraton Yogyakarta jadi sorotan. Adik Sultan Hamengku Buwono X (HB), yaitu GBPH Yudhaningrat (Gusti Yudha) mengungkit lagi soal sabda raja pada tahun 2015 yang dianggap menyalahi paugeran (tradisi adat Keraton).
ADVERTISEMENT
Dhawuh raja atau sabda raja yang disampaikan Sultan HB X pada tahun 2015 itu berisi penunjukan putri pertama Sri Sultan HB X yaitu GKR Mangkubumi sebagai putri mahkota. Penunjukkan itu dianggap menyalahi paugeran.
Kepala Program Studi Sastra Jawa Universitas Indonesia Arie Prasetyo menilai Sultan HB X bisa menggunakan hak prerogatifnya untuk menentukan siapa penerusnya.
Termasuk, salah satunya adalah dengan menggunakan haknya mengeluarkan sabda raja pada tahun 2015. Secara filosofis, sabda raja adalah penunjukan putri pertama Sri Sultan HB X yaitu GKR Mangkubumi sebagai putri mahkota. "Setahu saya memang raja itu kan tidak bisa kita pandang secara demokratis, artinya semua menjadi hak prerogatif raja, terserah beliau mau memilih siapa," ujar Arie saat dihubungi, Selasa (26/1). "Memang yang saya ketahui secara turun temurun ada garis lurus ke bawah dan menyamping, setahu saya garisnya selalu lurus ke bawah, dari ayah ke anak. sehingga ketika itu terjadi ya ke anaknya. kebetulan anaknya perempuan," lanjut Arie.
ADVERTISEMENT
Namun, Arie menilai secara historis Keraton Yogyakarta merupakan warisan kerajaan Mataram Islam. Dalam garis takhta kerajaan Mataram, belum dikenal adanya pemimpin perempuan alias ratu. "Kalau Mataram Islam memang belum ada ya. Paling kalau kita mau mengacu pada ratu perempuan mungkin yang terkenal Ratu Shima (penguasa Kerajaan Kalingga) 674 M. Kalau Mataram belum pernah ada, dari Panembahan Senopati sampai HB X ini belum pernah menemukan data itu," ujar Arie.
Lebih lanjut Arie juga menilai apa yang dilakukan Sultan HB X ini ingin menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Selain karena Sultan HB X tak memiliki anak laki-laki, Sultan diduga juga membawa isu emansipasi wanita.
"Termasuk ada isu emansipasi, feminisme, itu gelombang-gembang besar yang saya kira akan sangat punya kekuatan besar dalam mencairkan kebekuan itu," ujar Arie.
ADVERTISEMENT