Sultan: Butuh 3 Tahun Wujudkan Sumbu Filosofi Yogya Jadi Warisan Budaya Dunia

19 September 2023 14:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Foto: Arfiansyah Panji/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Foto: Arfiansyah Panji/kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X bicara terkait Sumbu Filosofi Yogyakarta yang telah resmi ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia dari UNESCO. Menurut Sri Sultan, butuh waktu 3 tahun untuk mewujudkannya.
ADVERTISEMENT
"Hampir 3 tahun (waktunya). Alhamdulillah ya akhirnya terima kasih juga pada UNESCO yang bisa menerima filosofi Yogyakarta Hamemayu Hayuning Bawana ini sebagai salah satu kekayaan Yogya menjadi bagian yang diakui oleh UNESCO," kata Sultan ditemui di Kepatihan Pemda DIY, Selasa (19/9).
Sultan menyebut, banyak pihak yang dilibatkan dalam untuk mewujudkan pengakuan dari UNESCO. Dia mengakui hal tersebut bukanlah hal yang mudah.
"Ternyata untuk tercatat di UNESCO tidak semudah seperti yang kita bayangkan. Karena kan sebelumnya juga India yang pertama kan India, ternyata negara lain juga mengamati, memprotes gitu, terjadi dialog-dialog yang panjang," jelasnya.
"Ternyata tidak ada interupsi jadi saya terima kasih sekali sama semua delegasi dari negara-negara yang jadi anggota pleno dari 22 negara kalau nggak keliru ternyata nggak ada yang interupsi jadi bisa diselesaikan cepat sekali dari ditetapkan," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Makna Sumbu Filosofi
Lebih jauh, Sultan menjelaskan bahwa awalnya Hamemayu Hayuning Bawana akan diterjemahkan secara substansial menjadi bahasa asing tetapi dikhawatirkan justru keliru.
"Jadi kita itu (menerjemahkan) hanya keindahan, kesejahteraan kan kira-kira begitu. Untuk menjaga lingkungan kan gitu. Kita tidak berani menerjemahkan untuk tidak salah sehingga sejak awal sudah disemprit sama UNESCO," ujar Sultan.
"Ternyata itu juga jadi pembahasan di UNESCO sehingga pada waktu sebelum kami menerima untuk hadir ke sana, menganggap cukup tulisan, pertanyaan-pertanyaan yang mereka sampaikan sudah kita jawab akhirnya mereka mendefinisikan Hamemayu Hayuning Bawana itu sustainable development," terang Sultan.
Sultan mengatakan Hamemayu Hayuning Bawana itu sudah diciptakan tahun 1755, lebih awal dari sustainable development yang dicetuskan PBB di tahun 90-an.
ADVERTISEMENT
"Makannya di situ (sumbu filosofi ini) tidak hanya untuk Yogyakarta, Indonesia tapi juga untuk dunia," ucapnya.