Sultan Ungkap Alasan Harga Tanah di Yogya Tinggi: Orang Jakarta Beli Gak Nawar

6 April 2023 13:39 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menjawab pertanyaan wartawan di Kepatihan Pemda DIY, Kamis (6/4).  Foto: Arfiansyah Panji/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menjawab pertanyaan wartawan di Kepatihan Pemda DIY, Kamis (6/4). Foto: Arfiansyah Panji/kumparan
ADVERTISEMENT
Harga properti di Yogyakarta terbilang tinggi. Termasuk harga tanah yang terus mengalami kenaikan tiap tahun. Tak jarang banyak warga Yogyakarta yang tak mampu beli rumah.
ADVERTISEMENT
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X (Sultan HB X) pun membeberkan alasan kenapa harga tanah di Yogya kian melambung.
"Lha gimana, lha wong teman-teman Jakarta kalau beli tanah juga ora ngenyang (orang Jakarta beli tanah di Yogya tidak menawar)," ujar Sultan ditemui di Kepatihan Pemda DIY, Kamis (6/4).
Lantaran harga tak ditawar, sesuai mekanisme pasar harga tanah terus-terusan melonjak.
Untuk itu, Sultan berharap masyarakat tanahnya terkena pembangunan tol dan mendapat ganti uang yang banyak bisa membelanjakan uangnya dengan bijak.
"Ada punya duit banyak karena tidak pernah lihat terus akhirnya habis untuk dikonsumsi. Dalam arti mungkin beli mobil akhirnya nggak bisa di-maintenance (uangnya)," ujarnya.
"Mestinya harapan saya, bagi mereka yang kena tol atau pembebasan yang lain yang dapat uang besar itu ya harapannya seperti itu. Bisa maintenance untuk kehidupannya lebih baik dari sebelumnya," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sultan mencontohkan dulu ada warga di Kulon Progo yang mendapatkan uang pembebasan untuk Bandara YIA tetapi tak dimanfaatkan dengan baik. "Tapi kalau akhirnya beli mobil kaya bandara itu dapatnya miliaran sekaligus beli tiga mobil terus piye kalau seperti itu," jelasnya.
Di sisi lain, Sultan juga menyadari lahan pertanian di DIY terus menyusut tiap tahunnya.
"Kami pun sebetulnya juga sedih ya. Setiap tahun itu antara 200 hektare jadi pemukiman, jadi jalan ya, kan tidak hanya rumah tapi dari fasilitas yang lain maupun juga per tahun, kita lama-lama hidupnya mepet laut selatan sama mepet Merapi," pungkasnya.
Suasana Jalan Malioboro pada Rabu (21/12). Foto: Arfiansyah Panji/kumparan

Sentuh Rp 25 Juta Per Meter

Denny Purwono agen properti dari ADP Property Jogja menjelaskan harga per meter tanah di Yogyakarta bisa menyentuh Rp 25 juta, untuk tanah yang benar-benar strategis.
ADVERTISEMENT
"Wah ada yang sampai Rp 25 juta per meter," kata Denny dihubungi kumparan.
"Kalau untuk Jogja Kota bisa dipukul rata Rp 7 jutaan per meter," ujarnya.
Sebagai gambaran mahalnya tanah di DIY, Denny mencontohkan harga tanah di area Kabupaten Sleman bagian utara. Di Kecamatan Tempel dan Turi yang berbatasan dengan Jawa Tengah saja harga per meter sudah Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.
"Itu biasanya masuk kampung atau akses jalan mobil sempit," katanya.
Sementara untuk wilayah yang ramai di Sleman seperti Kecamatan Depok, Kecamatan Ngaglik, dan Kecamatan Mlati sudah tinggi harganya. Untuk kampung bisa di angka Rp 4 juta per meter sementara yang kawasan elite sudah menyentuh Rp 7 juta per meter.
ADVERTISEMENT
Harga tanah di wilayah Sleman dekat Ring Road bahkan jauh lebih mahal dari rata-rata harga tanah di Kota Yogyakarta.
"Sedangkan jika akses pinggir Jalan Kaliurang atau Ring Road sudah mencapai Rp 8 juta hingga Rp 15 juta per meternya," bebernya.
Untuk Sleman area timur dan tenggara seperti Kalasan, Berbah, Prambanan, dan Ngemplak minimal sudah menyentuh Rp 3 juta per meter. Tapi jika lokasi strategis bisa di angka Rp 5 juta per meter.
Sementara untuk Kabupaten Bantul harga tanah tinggi ada di Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Sewon, Kecamatan Kasihan, dan Kecamatan Sedayu.
"Rata-rata juga di angka Rp 3 juta per meter. Namun, sekali lagi jika dekat Ring Road atau kampus bisa sampai menyentuh angka Rp 7 atau Rp 8 juta per meter," katanya.
ADVERTISEMENT
Harga yang relatif murah di Bantul ada di kawasan Bambanglipuro, Pundong, Imogiri, Pajangan, dan Srandakan yang masih di angka Rp 1,5 juta per meter.