Sumut dan Bali Jadi Provinsi dengan Pekerja Komuter Terbanyak di Luar Jawa

6 Oktober 2024 10:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi. Foto: Dok. Jasa Marga
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi. Foto: Dok. Jasa Marga
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ni Putu Septiani tinggal di Ubung Kaja, Denpasar Utana, Bali. Tiap harinya, perempuan usia 26 tahun itu berangkat ke Gatot Subroto untuk bekerja sebagai pustakawan di sebuah perusahaan website. Jarak tempuh 12 km ia lalui dengan menggunakan sepeda motor. Setiap minggunya, ia menghabiskan Rp 30 ribu untuk ongkos.
ADVERTISEMENT
Per harinya, ia mesti menyisihkan total satu jam untuk berpindah dari rumah-kantor dan sebaliknya. Berangkat dari rumah pukul 07.30 dan sampai kantor pukul 08.00. Kemudian ia bekerja hingga pukul 17.00. Dilanjut pulang dan sampai rumah pukul 17.30.
Ia memilih untuk menggunakan sepeda motor untuk menghindari kemacetan. Di Bali, Trans Metro Dewata memiliki 6 rute yang tersebar di Ubud, Tabanan, Denpasar, hingga Kuta Selatan.
Kendaraan lalu lalang di jalan raya Ubud, Bali. Foto: Niken Nurani/kumparan
Namun, banyaknya rute ini ternyata tidak sesuai dengan letak tempat tinggal dan kantor Septi. Jarak halte terdekat dengan rumahnya adalah 5 km. Ia memilih untuk langsung bepergian dengan motor dibanding menggunakan bus.
Meskipun sudah rutin menggunakan motor selama satu tahun, Septi sangat tertarik menggunakan transportasi umum jika sudah mumpuni karena ia bisa lebih berhemat, dan lebih nyaman. Ia pun ingin menggunakan transportasi umum karena ingin mengurangi emisi karbon.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, saat ini transportasi umum di Bali masih membutuhkan banyak perbaikan, apalagi Bali merupakan destinasi wisata internasional.
“Aku berharap di Bali ini ada pengenalan transportasi karena Bali sebagai pariwisata sudah semakin ramai. Cuma kondisi yang seperti ini tidak mungkin semua orang punya transportasi pribadi. Makanya, perlu kolaborasi dari segala pihak dari pemerintah, swasta, sama masyarakat itu sendiri. Tentu transportasi umum seperti TemanBus ini perlu ditingkatkan lagi kenyamanannya, efisiensinya, dan juga rasa percaya masyarakat menggunakan transportasi," kata dia, Jumat (27/9).
Sama seperti Septi, Febiola (25) pun setiap harinya bepergian menggunakan sepeda motor. Bedanya, ia tidak pergi ke kantor. Karena setiap hari ia pergi liputan, ia langsung berangkat ke lokasi liputan.
Suasana Jalan Balai Kota Medan di depan Pos Blok Medan, Kamis (7/3/2024). Foto: Tri Vosa/kumparan
Jika tidak ada liputan di hari itu, Febi tetap pergi menuju kantor Wali Kota Medan agar jika dibutuhkan untuk meliput peristiwa, ia bisa dengan cepat sampai di tempat.
ADVERTISEMENT
Jarak yang ia tempuh dari rumah sampai kantor wali kota adalah 10 km yang ia lalui selama 30 menit perjalanan. Sama dengan Septi, Febi menggunakan sepeda motor. Febi menghabiskan Rp 10 ribu per harinya untuk ongkos. Setiap harinya, ia keluar dari rumah pukul 09.00 pagi dan kembali pukul 07.00 malam.
Di Medan juga sudah tersedia TransMetro Deli, tetapi Vosa tetap memilih menggunakan sepeda motor karena bus itu tidak menjangkau daerah rumahnya, serta dirinya memang jarang menjangkau lokasi yang biasa ia kunjungi untuk liputan.
Statistik Pekerja Komuter di Indonesia
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, jumlah komuter di Indonesia berada di angka 7,4 juta orang. Tren ini menurun dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 8,1 juta orang.
ADVERTISEMENT
Dari 10 provinsi dengan komuter terbanyak, 5 di antaranya berada di Pulau Jawa. Posisi keenam ditempati provinsi pemilik kota metropolitan Medan, yaitu Sumatera Utara.
Jenis pekerjaan yang meraup banyak pekerja komuter adalah sektor jasa dan penjualan, sebanyak 1.731.600 orang merupakan pekerja komuter untuk sektor ini. Sedangkan sektor pekerjaan paling sedikit pekerja komuternya adalah TNI-Polri dengan 96.200 orang.
Komuter adalah istilah bagi orang yang melakukan perjalanan lintas kabupaten/kota dalam kurun waktu kurang dari 24 jam untuk bekerja, sekolah, atau aktivitas lainnya. Kebanyakan dari pekerja komuter mengandalkan kendaraan pribadi untuk pergi dari rumah ke tempat aktivitasnya.