Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Sunat Berujung Petaka di Pontianak: Korban Alami Infeksi, Diduga Malapraktik
24 Mei 2023 7:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Nasib nahas dialami seorang anak berusia 9 tahun di Pontianak. Dia diduga menjadi korban malapraktik seorang dokter yang menyunatnya dengan metode laser. Penis anak tersebut terbakar.
ADVERTISEMENT
Seperti apa kasusnya? berikut kumparan rangkum, dikutip dari media partner 1001 kumparan, Lampung Geh.
Kejadian Sudah Lebih dari Setahun Lalu
Kejadian malapraktik ini sudah berlangsung kurang lebih satu tahun. Ibu korban, berinisial PP, mengatakan, anaknya sunat sekitar bulan April 2022. Ironisnya, dokter yang melakukan tindakan tersebut tak kunjung bertanggung jawab dan masih praktik.
Jasa sunat si dokter ditawarkan melalui akun Instagram. Akhirnya disepakatilah tindakan sunat metode laser. Pada 1 April 2022, di sebuah klinik rumah sunat yang berada di Jalan Tanjungpura Pontianak.
Saat melakukan tindakan, bocah tersebut sempat menjerit, namun ibu korban merasa hal tersebut lumrah terjadi ketika anak-anak sunat.
“Setelah selesai dan pulang, anak saya penisnya tidak diperban, tidak juga diberikan obat. Setelah pulang anak saya menangis dan demam. Saya minta obat ke dokternya, karena anak saya nangis terus, kesakitan. Dia juga demam. Dia suruh bawa lagi ke kliniknya untuk diperban. Anak saya tidak mau ke sana lagi, dia trauma,” ucap ibu korban.
ADVERTISEMENT
Ibu korban terus mengirimkan foto kondisi penis anaknya kepada dokter IL. Setelah satu minggu tindakan, dokter IL bergegas mengajak ibu korban untuk membawa anak tersebut ke rumah sakit, dan dilakukan operasi.
Ibu korban membawa anaknya ke RS Anugerah Bunda Pontianak. Di sanalah dia baru mengetahui bahwa penis anaknya terbakar, dan harus dilakukan pencangkokan.
Setelah operasi dan proses pemulihan, anak tersebut tak bisa menahan kencing. Bahkan dia selalu mengompol pada saat di sekolah. Ibu korban mengatakan, Dokter IL sempat tak ada kabar setelah dia memberitahukan keluhan-keluhan selanjutnya.
Setelah itu, dokter IL muncul dan menghubungi ibu korban pada November 2022. Dia menyarankan kepada ibu korban untuk melaporkan kejadian tersebut kepada Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
ADVERTISEMENT
Tak puas dengan tindakan dari beberapa dokter di Pontianak, ibu korban akhirnya membawa anaknya ke Jakarta. Saat itu dia membawa anaknya ke RS Mayapada untuk diperiksa, dan dirujuk ke RS Fatmawati.
“Ternyata anak saya infeksi saluran kencing," kata ibu korban.
Januari 2023, korban dioperasi di RS Fatmawati. Korban melakukan pemulihan kurang lebih dua minggu. Dokter di sana pun juga merekomendasikan anak ini untuk dioperasi (rekonstruksi), tapi tidak sekarang, sembari menunggu perkembangan dan usia anak.
Walaupun dokter IL mengakui kesalahannya, namun ibu korban masih sakit hati, karena dokter IL masih membuka praktiknya dan mengunggah foto-foto testimoni tindakan dari kliniknya.
“Sedihnya saya kok dokternya tidak tanggung jawab, dia masih posting Instagram. Saya sakit hati, menderita, kok dia masih praktik, posting di instagram," kata ibu korban.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini sang anak sudah menjalani operasi sebanyak 3 kali. "Dia sekarang masih belum tahu aja kalau bentuk penisnya seperti itu,” kata ibu korban.
IDI Mediasi Keluarga Pasien dan Dokter
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalimantan Barat, dr Rifka menyebut pihaknya sudah melakukan mediasi antara keluarga pasien dan dokter yang menangani sunat tersebut.
Rifka mengatakan, dokter IL yang menangani sunat tersebut sempat mengalami down.
"Dia sempat agak down dengan kejadian ini. Jadi dia sudah memang enggak praktik. Tapi izin praktiknya belum dicabut," kata Rifka.
Kasus ini juga sudah ditangani oleh KPAI dan Polresta Pontianak. Pihak IDI sudah melakukan sidang kepada dokter tersebut, namun belum diketahui terkait sanksi etik, yang akan diberikan kepada dokter tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kami kan melakukan mediasi, sampai dokternya pasrah. Yah sudahlah kalau begitu. Kami juga gak bisa apa-apa, dokternya sampai pasrah,”terangnya.
Saat dilakukan mediasi, kata Rifka, pihak keluarga korban meminta ganti rugi Rp 300 juta. Pada saat itu, dokter IL meminta untuk mencicil uang tersebut, namun pihak keluarga tidak bersedia.
Dokter Belum Kuasai Metode Laser
Dokter IL yang diduga melakukan malapraktik terhadap anak tersebut diduga belum pernah menggunakan alat sunat metode laser. Kuasa hukum korban, Dewi Ari Purnamawati, menyebutkan bahwa dokter IL belum mengetahui spesifik alat laser tersebut.
“Pada saat mediasi, mengakui bahwa dokter IL melakukan tindakan menggunakan alat yang dia sendiri belum mengetahui. Belum pernah mencoba spesifikasi alat itu. (Dia) sudah mengakui kelalaian, dan info ini saya dapat dari salah satu komisioner KPAID kota,” terang Dewi.
ADVERTISEMENT
Polisi Sudah Periksa 3 Saksi
Kasus dugaan malapraktik ini sampai ke tangan penegak hukum. Polisi bergerak mengusutnya.
Kasat Reskrim Polresta Pontianak, Kompol Tri Prasetyo, mengatakan pihaknya menerima pengaduan dari keluarga korban, dengan dugaan salah penanganan, yang terjadi pada anak laki-lakinya.
“Ibu korban melaporkan adanya dugaan salah penanganan dalam hal putranya yang melakukan khitanan atau sunat. Pengaduan ini sudah sebulan berjalan,” jelas Tri.
Penyelidikan masih terus berjalan. Saksi yang diperiksa sebanyak tiga orang. Polisi saat ini masih akan terus mengambil keterangan secara keseluruhan kepada pihak terkait.
“Nanti kita ambil keterangan keseluruhan demikian nanti apakah perbuatan ini masuk tindakan pidana atau tidak, nanti kita lemparkan ke ahlinya,” pungkasnya.