Surat Terbuka untuk Bandara Supadio soal Calo Tiket yang Meresahkan

13 Januari 2018 13:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Budi 'Cunong' Rahayu  (Foto: Facebook @Budi 'Cunong' Rahayu )
zoom-in-whitePerbesar
Budi 'Cunong' Rahayu (Foto: Facebook @Budi 'Cunong' Rahayu )
ADVERTISEMENT
Surat terbuka dari pengguna Facebook Budi 'Cunong' Rahayu soal calo-calo di Bandara Supadio, Pontianak viral di media sosial. Surat terbuka yang diunggah pada Kamis (11/1/) itu, bercerita bagaimana dia membantu TKI yang kebingungan pulang ke kampung halamannya.
ADVERTISEMENT
Rahayu mengatakan, peristiwa itu terjadi pada 9 Januari 2018. Seorang TKI bernama Dita Octania baru mendarat dari Malaysia dan hendak pulang ke kampung halaman di Banyuwangi, Jawa Timur.
Dita bertemu calo tiket yang memaksa dia untuk membeli tiket, padahal di aplikasi pemesanan tiket semua penerbangan ke Surabaya sudah habis hari itu. Akhirnya dengan bantuan Rahayu, Dita 'selamat' dari para calo tiket yang meresahkan itu.
Berikut surat terbuka yang ditulis Budi 'Cunong' Rahayu di akun Facebooknya:
SURAT TERBUKA KEPADA PENGELOLA BANDARA SUPADIO PONTIANAK
Salam Khatulistiwa..
Izinkan saya menceritakan sebuah kejadian yang nyata terjadi di bandara kota saya tercinta.
Harapan saya jika cerita ini tersampaikan kepada pihak yang berhak atas pengelolaan bandara, segeralah dilakukan pembenahan agar nama baik Bandara Supadio yang berstandar international ini bisa terjaga citranya.
ADVERTISEMENT
Selasa, 9 Januari, saya tiba di Bandara Supadio kira-kira pukul 16.00 dari Jakarta, saat keluar pintu kedatangan saya mencari fasilitas charge HP yang ada di sekitar bandara, karena charge HP didekat pintu kedatangan ramai orang sedang men-charge HP, saya memilih mengarah berjalan ke pintu keberangkatan, baru dua menit saya men-charge tiba-tiba datang seorang Wanita Muda dengan sopan menanyakan di mana dia bisa mendapatkan counter penjualan tiket di bandara ini karena ingin kembali ke Surabaya malam ini, dari logat bicaranya saya yakin wanita ini baru tiba dari negara tetangga Malaysia.
Saya mengatakan bahwa setahu saya tidak ada penjualan tiket di sini.
Wanita muda ini bertanya kembali .. Kalau ibu beli tiketnya bagaimana?
ADVERTISEMENT
Saya menjawab saya menggunakan Aplikasi Traveloka setelah memesan via online saya mendapatkan Pesan via Email untuk membayarnya di ATM selanjutnya akan ada pemberitahuan bukti tanda booking tiket tersebut.
Bu.. Saya tidak punya Aplikasi dan ATM apalagi email, saya seorang TKW yang baru datang untuk pulang ke keluarga saya di Bayuwangi, kenalkan nama saya Dita Octania. Saya membawa uang cash hasil jerih payah saya bekerja.
Terus terang saya terkejut mendengar pengakuannya, hari gini orang tidak punya tabungan hingga harus membawa uang cash banyak di dalam tasnya. Duh bahaya.
Saya menganjurkan pada Dita untuk bertanya kepada petugas bandara, Dita menjawab, sudah Bu!
Saya diarahkan untuk ke seorang bapak yang itu berdiri di seberang kita sambil memberi isyarat menunjuk seorang pria kira-kira berumur 50 tahun tepat berada di seberang saya berdiri. Saya bertanya siapa bapak itu? Saya tidak kenal Bu, saya sudah sempat bicara dengan bapak tersebut tapi saya masih ragu atas tawaran tiketnya.
ADVERTISEMENT
Kenapa ragu? kata saya. Karena bapak tersebut tidak bisa menunjukkan counter penjualan tiket, hanya mengatakan nanti ada teman saya yang akan mengurus, kamu kasih uang saja ke saya, cerita Dita.
Saya ragu karena saya tadi mengalami kejadian kurang mengenakkan, begini ceritanya, saat di Malaysia sebelum melakukan perjalanan darat menuju Pontianak dari Malaysia saya menelpon seseorang yang saya kenal mohon bantuan untuk menjemput saya di terminal bus Pontianak seberang kota dan mengantar ke bandara Supadio, karena saya berpikiran positif, saat turun bus yang saya naiki dari Malaysia, ada dua pemuda yang saat saya tiba di terminal seperti sedang mencari dan menunggu seseorang dan dengan prasangka baik, saya bertanya apa betul.
Mereka utusan teman saya yang namanya si ( Anu) yang akan menjemput saya. Mereka katakan betul mereka menjemput saya dan mengajak saya ke mobil mereka untuk diantar menuju Bandara. Karena yakin, saya mengikuti mereka, saya diajak berpusing-pusing entah ke mana dan lama sekali bu.
ADVERTISEMENT
Di perjalanan saya sempat bertanya berapa ongkos mengantar saya? Jawaban mereka seikhlasnya saja mbak. Tidak lama, HP saya berdering, rupanya teman saya menelpon bertanya Dita kamu di mana? Saya dan teman saya menjemputmu di terminal sampai penumpang habis kamu tidak ada. Saya mulai panik bu, saya ini dibawa siapa dan ke mana? Saya lalu minta mereka menghentikan mobil dan ingin turun saja, karena sadar ini bukan orang yang dikirim untuk menjemput saya, mereka menghentikan mobil lalu saya turun sambil memberi ongkos Rp 100 ribu.
Yang terjadi saya dimaki-maki, disumpahi mereka karena mereka memaksa saya membayar Rp 300 ribu dan saya tolak. Saya lari meninggalkan mereka bu, saya jalan kaki menuju ke sini sambil bertanya-tanya pada orang yang saya temui di jalan ke mana arah menuju Supadio, saya jalan kaki jauh sekali bu. Makanya saya kali ini harus berhati-hati.
ADVERTISEMENT
Tolong saya, Bu..
Saya mendengar cerita dari TKW ini terkejut, dan terdiam, lalu saya mengatakan sebentar ya kasih saya waktu sejenak untuk berpikir, sambil menuju bangku yang ada di depan saya untuk duduk.
Saat saya duduk saya memperhatikan Dita didekati seorang oknum yang belakangan saya ketahui rupanya seorang calo, mendekati Dita dan bertanya bagaimana ini jadi ke Surabaya masih ada tiket nih, Dita terlihat diam dan oknum tersebut menggerakan tangannya seperti memberi kode hingga muncul tiga orang lelaki mengerubungi Dita. Memaksa-maksa untuk Dita mengikuti mereka ke tempat yang mereka tentukan.
Di situ saya yakin Dita butuh pertolongan, saya berdiri menuju tempat charge HP kembali berpura-pura mencharge HP guna menguping dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi.
ADVERTISEMENT
Salah seorang oknum sambil memegang HP nya mengatakan ini ada nih di Traveloka tiket malam ini ke Surabaya. Saat itu waktu sudah menunjukkan ba'da Magrib.
Iseng saya membuka Aplikasi Traveloka saya untuk mengklarifikasi benarkah pernyataan orang-orang ini, ternyata seluruh tiket Sold out/sudah terjual habis yang menuju Surabaya.
Di dalam hati saya berpikir, wah bapak-bapak ini menipu Dita, kesian banget kalau dibiarkan, saya lalu menyela pembicaraan para oknum calo tersebut.
Dita jika dilihat di Aplikasi saya tiket menuju Surabaya malam ini Habis. Ini coba lihat aplikasi Traveloka saya sambil menunjukkan HP saya ke Dita, dan Dita terkejut, para calo yang berdiri di hadapan kami mulai menunjukkan muka tidak senang atas sikap saya, saya katakan pada Dita jika kamu ingin ke Surabaya hanya ada Rabu pagi, Dita menjawab Bu tolong belikan tiket untuk saya Rabu pagi bu.
ADVERTISEMENT
Tolongin saya..
Oknum-oknum calo semakin marah mendengar perkataan saya sambil mengatakan Ibu ini siapa? Kok ikut campur masalah ini, dengan tenang saya menjawab coba saya lihat Traveloka dari HP bapak yang menjual tiket ke Surabaya untuk malam ini jika memang benar ada, karena di HP saya sudah tidak ada penjualan tiketnya.
Para oknum calo mulai gelisah atas pertanyaan saya, mereka tidak mau menunjukkan apa yang saya minta, beberapa dari mereka mundur beberapa langkah sambil ribut mengatakan siapa perempuan itu ngape die ikut campur.
Saya bilang ke Dita kamu percaya saya? Kalau kamu percaya saya, akan saya tolong, Dita mengatakan, saya percaya ibu untuk menolong saya, oke kalau gitu mana KTP mu kita pesan tiket via Traveloka.
ADVERTISEMENT
Sebelum saya beranjak meninggalkan tempat charge HP satu oknum calo mendekati kami sambil bicara setengah beteriak marah dan menunjuk jari tangannya ke wajah saya, "Ibu ini memang tidak tahu diri mengambil rezeki dari periuk kami, kami hanya mencari lebihan uang."
Terus terang saya terpancing emosi melihat ketidaksopanan oknum calo tersebut. Saya menjawab keras.
"Bapak, saya bukan calo tapi saya hanya menolong orang yang sedang mengalami kesulitan dan dia butuh pertolongan. Itu tugas sesama manusia."
Ini TKW yang memeras keringatnya di negeri orang ingin pulang ke keluarganya masak di kerjai saudara sebangsanya sendiri. Jangan memanfaatkan kesulitan orang lain. Para calo terkejut mendapat perlawanan saya dan semakin menunjukkan sikap tidak sukanya.
Saya dan Dita duduk ke bangku yang disediakan bandara dan mulai melaksanakan pemesanan tiket online untuk Dita. Di belakang bangku kami duduk, ada bangku lain yang tiba-tiba diduduki seorang lelaki entah siapa yang tiba-tiba bicara keras.
ADVERTISEMENT
"Kite nih udah sepuluh tahun bisnis tiket kok ade orang baru yang sok tau mau bisnis tiket, nak care masalah di lahan bisnis orang."
Saya yakin itu kalimat ditujukan untuk saya, saya menegurnya, "Bapak menyindir saya ya?" Dari pada nyindir mending ngomong langsung itu lebih bagus pak, si Bapak berbalik marah maksud ibu siapa, saya nda ngomong sama ibu.
Saya katakan di sini hanya ada Bapak, saya, Dita.. Masak bapak ngomong sama tiang, kata saya.
Si Bapak ngomong keras dan bernada mengancam, ibu ini daerah saye, jangan macam-macam dan saye punye keluarge dari aparat ini (menyebut nama korps Negara).
Diancam begitu saya balik mengatakan, Bapak juga nda tau kan siape saye?
ADVERTISEMENT
Saye bukan calo seperti yang bapak duga, saye orang Ponti Asli tinggal di daerah... ( menyebut nama kampung) Dan dari Keluarga Besar (Abdi Negara), jangan coba-coba mengancam saya, ingat itu ya, Pak.
Bapak tersebut terdiam.
Sesungguhnya jika cara-cara seperti ini masih terjadi di bandara kelas international, tentu sangat memalukan dan merugikan.
Dengan segenap rasa cinta saya pada kota Pontianak, mohon kiranya pengelola Bandara Supadio bisa menertibkan calo-calo yang masih berkeliaran di bandara.
Mendirikan Pusat Informasi di depan pintu yang terlihat jelas dari sudut manapun, sehingga setiap orang yang membutuhkan pertolongan yang berkaitan dengan layanan penerbangan, pusat informasi ini menjadi tempat utama layanan.
Jika hal ini bisa direalisasikan, saya yakin Bandara Supadio semakin menjadi terbaik dan terhebat dari seluruh bandara yang ada.
ADVERTISEMENT
Bersama ini saya lampirkan foto pahlawan keluarga Dita Octania KTP nya dan bukti pemesanan tiket online Surabaya. Agar menjadi bukti cerita ini.
Wassalam,
Budi Rahayu
kumparan (kumparan.com) sudah mencoba mengonfirmasi ini kepada Budi Rahaya melalui pesan Facebook tetapi belum mendapat balasan. Sementara itu, Vice President Corporate Communication Angkasa Pura (AP) II Yado Yarismano mengaku belum tahu dan akan mengecek masalah ini.
"Saya konfirmasi ke teman-teman di cabang," katanya.