Survei Indikator: Masyarakat Semakin Takut Berpendapat di Era Jokowi

3 April 2022 15:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ucapan Selamat Ramadan dari Presiden Joko Widodo. Foto: Dok. Biro Pers Setpres
zoom-in-whitePerbesar
Ucapan Selamat Ramadan dari Presiden Joko Widodo. Foto: Dok. Biro Pers Setpres
ADVERTISEMENT
Tingkat kebebasan berekspresi masyarakat di Indonesia dinilai semakin rendah. Sebagian besar masyarakat merasa takut menyuarakan pendapat di era kepemimpinan Jokowi.
ADVERTISEMENT
Dari hasil survei Lembaga Indikator Politik Indonesia, ditemukan hasil bahwa 62,9 persen masyarakat merasa takut untuk menyatakan pendapat di era Jokowi.
“Mayoritas setuju atau sangat setuju dengan pendapat bahwa saat ini masyarakat semakin takut untuk menyatakan pendapatnya 62,9 persen,” ungkap Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi dalam paparannya secara virtual, Minggu (3/4)
Kemudian, ada 16,8 persen masyarakat yang menyatakan kurang setuju saat ini semakin takut berpendapat, yang tidak setuju sama sekali 4,6 persen, dan yang tidak menjawab 15,7 persen.
Burhan menerangkan, fenomena ini terjadi terutama sejak Pilpres yang membelah masyarakat di 2014, saat itu muncul istilah kadrun vs cebong.
“Jadi iklim ketakutan muncul, kemudian fenomena kriminalisasi menurut saya ini jadi semangat untuk revisi UU ITE,” ujar Burhan.
Hasil sruvei Indikator Politik Indonesia terkait kebebasan berpendapat di era Jokowi. Foto: Dok. Istimewa
Hasil sruvei Indikator Politik Indonesia terkait kebebasan berpendapat di era Jokowi. Foto: Dok. Istimewa
Burhan menambahkan, Presiden Jokowi sempat meminta agar revisi UU ITE dilakukan, namun belum ada kemauan yang serius dari pemerintah dan DPR.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita korek ke belakang Jokowi sudah menyatakan revisi UU ITE, mana, sampai sekarang DPR belum. Kita ingatkan ada memori Pemerintah dan DPR untuk merevisi UU ITE,” tandas Burhan.
Survei Indikator digelar 11-21 Februari 2022. Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel basis sebanyak 1.200 orang. Sampel berasal dari seluruh Provinsi yang terdistribusi secara proporsional.
Toleransi kesalahan (margin of error/MoE) sekitar ±2.9% pada tingkat kepercayaan 95%. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.