Survei IPO soal 100 Hari Jokowi: Kemlu dan TNI Berkinerja Paling Baik

9 Februari 2020 16:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana sidang kabinet paripurna perdana di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (24/10/2019).  Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Suasana sidang kabinet paripurna perdana di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (24/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Lembaga survei bernama Indonesia Political Opinion (IPO) merilis persepsi publik dalam menilai 100 hari Jokowi terkait kinerja kementerian dan lembaga. Hasilnya, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dinilai paling berkinerja baik.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari survei IPO dengan 1.600 responden, Minggu (9/2), Kemlu dinilai paling dipercaya masyarakat berkinerja baik dengan skor 84%, kemudian Kementerian PUPR (80,3%), Kementerian BUMN (77%), dan seterusnya.
Sementara kementerian dengan skor paling rendah adalah Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora (17%), Kementerian Tenaga Kerja (24%) dan Kementerian Riset dan Teknologi (27%).
Survei IPO soal 100 hari Jokowi. Foto: Dok. IPO
Kemudian untuk lembaga, TNI menjadi lembaga negara yang dinilai berkinerja paling baik (84%), lalu Badan SAR Nasional (80,3%) dan seterusnya. Faktor dipercaya karena hasil kerja, konsistensi, popularitas, pintar, tegas, dan lainnya.
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I Laksamana Madya TNI Yudo Margono, S.E., M.M. memimpin apel gelar pasukan intensitas Operasi Rutin TNI. Foto: Instagram / @puspentni
Namun, IPO tidak memberi peringkat seluruh lembaga, melainkan hanya menulis 10 lembaga yang dianggap berkinerja baik. Sementara lembaga berkinerja buruk menjadi pertanyaan berbeda.
Survei IPO soal 100 hari Jokowi. Foto: Dok. IPO
Hasilnya, lembaga yang kinerjanya paling buruk adalah Polri (70,5%), PSSI (66%), DPR (63,7%), dan seterusnya.
Survei IPO soal 100 hari Jokowi. Foto: Dok. IPO
Data survei diambil pada 10-31 Januari dengan teknik wellbeing purposive sampling (WPS) yang membuat populasi terbesar diambil sampel lebih besar. Data lapangan dianalisis 25 coder expert dan 20% dicek ulang melalui telepon. Namun tak disebut populasi dalam survei ini, nasional atau provinsi tertentu. Juga tak disebut margin of errornya.
ADVERTISEMENT