Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Lembaga survei LSI Denny JA menilai penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB ) yang diterapkan di 18 wilayah di Indonesia belum maksimal.
ADVERTISEMENT
Penilaian ini didapatkan dari riset dengan metode kualitatif berdasarkan data sekunder dari tiga sumber, yakni Gugus Tugas COVID-19, Worldometer, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Riset dilakukan dalam rentang waktu Februari hingga 7 Mei 2020.
"Secara umum belum terjadi efek kategori A, kategori sangat bagus, yaitu efek yang secara grafik menunjukkan penurunan sangat drastis kasus baru," tulis keterangan LSI Denny JA, Sabtu (9/5).
LSI Denny JA membagi empat kategori untuk melihat efek PSBB dengan penambahan kasus baru harian virus corona , antara sebelum dan sesudah penerapan PSBB.
- Tipologi A: sangat bagus. Wilayah yang masuk kategori ini menunjukkan penurunan kasus baru harian dengan sangat drastis.
- Tipologi B: bagis. Wilayah yang menunjukkan penurunan kasus baru harian namun tidak drastis
ADVERTISEMENT
- Tipologi C: biasa: Kasus baru harian yang tidak turun, tetapi juga tidak naik. Penambahan kasus baru harian stagnan.
- Tipologi D: kurang. Wilayah itu tidak terpengaruh efek PSBB dan kasus baru harian terus bertambah.
LSI Denny JA mencontohkan empat negara sukses yang masuk tipologi A, yakni Korea Selatan, Jerman, Australia, dan Selandia Baru.
Sedangkan menurut LSI Denny JA, 18 wilayah di Indonesia masih berada dalam kategori B, C, dan D. Mereka adalah:
- Tipologi B: Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bandung Barat
- Tipologi C: Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Sumedang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang Selatan.
- Tipologi D: Provinsi Sumatera Barat, Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Cimahi, Kota Pekanbaru, Kota Surabaya, Kota Banjarmasin, Kota Tangerang.
Penyebab efek PSBB di 18 wilayah tersebut belum maksimal diukur berdasarkan pada empat kegiatan. Pertama, Pertama, kegiatan agama. Kedua, kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Ketiga, sosial budaya. Keempat, transportasi umum.
ADVERTISEMENT
Dari empat kegiatan itu, masih banyak terjadi pelanggaran di 18 wilayah yang disurvei, meski tingkat pelanggarannya berbeda. Terutama pada kegiatan agama dan kegiatan di tempat umum.
Misalnya, masih kurangnya physical distancing saat berbelanja maupun di tempat ibadah. Pemda juga dinilai kurang mengawasi pelaksanaan PSBB, sementara masyarakat masih kurang sadar terkait pentingnya mengikuti anjuran pemerintah tersebut.
Maka dari itu, LSI Denny JA menyarankan pemerintah pusat bersama pemda, pemimpin masyarakat, dan tokoh-tokoh lainnya lebih giat dalam menerapkan PSBB.
Termasuk memanfaatkan influencer untuk berkampanye tentang pentingnya mengikuti protokol kesehatan, seperti tetap di rumah saja, wajib mengenakan masker, dan rajin cuci tangan.
"Vaksin belum ditemukan. Satu satunya senjata yang kita punya adalah PSBB dan protokol kesehatan. Bersama kita targetkan, di bulan ini, Mei 2020, kasus baru terpapar COVID-19 harus menurun drastis," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Namun, ini hanya mungkin dilakukan jika kasus baru terpapar corona merosot drastis di wilayah itu. Dan warga patuh dengan aneka protokol kesehatan," tutupnya.
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.
Live Update