Survei SETARA: 83% Siswa SMA di 5 Kota Setuju Pancasila Bukan Ideologi Permanen

17 Mei 2023 16:43 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SETARA Institute bersama International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) merilis survei tolelansi remaja. Dok Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
SETARA Institute bersama International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) merilis survei tolelansi remaja. Dok Istimewa
ADVERTISEMENT
SETARA Institute bersama International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) menyelenggarakan survei kondisi toleransi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Survei dilakukan kepada 947 siswa SMA dengan cara wawancara langsung di 5 kota, yakni Bandung, Bogor, Surabaya, Surakarta, dan Padang periode Januari-Maret 2023.
ADVERTISEMENT
Hasil survei yang dirilis pada 17 Mei 2023 ini menyajikan 12 pertanyaan kunci sebagai indikator toleransi siswa. Salah satu pertanyaannya terkait syariat Islam sebagai landasan bernegara yang didukung oleh 56,3% responden. Sedangkan soal Pancasila bukan lagi sebagai ideologi permanen mendapat dukungan angka cukup besar.
"Dukungan terhadap persepsi bahwa Pancasila sebagai bukan ideologi yang permanen, artinya bisa diganti, juga sangat besar, yakni 83,3% responden," kata Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasani, dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Rabu (17/5).
Terkait sikap responden terhadap penggunaan jilbab di sekolah, sebanyak 61,1% menyatakan setuju bahwa mereka merasa lebih nyaman jika semua siswi di sekolah menggunakan jilbab. Sedangkan 38,9% lainnya menyatakan tidak setuju.
Pertanyaan lain soal apakah akan menahan diri melakukan kekerasan dalam merespons penghinaan terhadap agama yang dianut, sebanyak 20,2% responden menyatakan tidak bisa menahan diri. Sisanya 79,8% bisa menahan diri.
ADVERTISEMENT
"Demikian juga terkait persepsi tentang Barat. Sebanyak 51,8% responden menyatakan setuju bahwa negara Barat seperti Amerika, Inggris, dan Australia dianggap sebagai ancaman terhadap agama dan budaya Indonesia," ucapnya.
Soal keyakinan beragama, sebanyak 74,4% responden menyatakan tidak setuju jika agama lain selain agama yang diyakini dianggap sesat. "Tetapi kebersetujuan membela agama, termasuk harus mati, justru sangat tinggi di angka 33%," jelasnya.
Halili mengungkapkan dari 12 pertanyaan kunci yang digunakan sebagai indikator toleransi siswa, hasilnya sebanyak 70,2% siswa SMA masuk ke dalam kategori remaja toleran, 24,2% merupakan remaja intoleran pasif, 5% merupakan remaja intoleran aktif dan 0,6% merupakan remaja yang berpotensi terpapar.
Terkait survei ini, SETARA menyampaikan rekomendasi kepada Kemendikbudristek dan Kemenag untuk membentuk instrumen pengawasan, pembinaan, dan desain respons yang demokratik atas fakta intoleransi yang melekat pada guru, tenaga kependidikan, dan siswa.
ADVERTISEMENT
Kemdikbudristek dan Kemenag diminta membentuk instrumen pembinaan yang efektif bagi guru-guru Agama dan guru Pendidikan Kewarganegaraan, termasuk memberikan fasilitas peningkatan kualitas pengajaran sehingga semakin kontributif pada pemajuan toleransi di sekolah.
Survei ini menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan sekolah-sekolah yang dituju. Selanjutnya surveyor mengambil sampling dengan metode simple random sampling untuk menetapkan siswa SMA sebagai responden. Jumlah sampel yang sebanyak sebanyak 947 dengan margin of error 3,3% pada tingkat kepercayaan 95%.