Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Susi Ajak Nelayan Tangkap Gurita untuk Diekspor ke Jepang
25 Agustus 2017 17:40 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, sudah tak bisa dipungkiri lagi Indonesia memiliki perairan yang kaya akan aneka ragam hayatinya. Potensi perikanan Indonesia yang besar itu oleh pemerintah akan dijadikan poros maritim dunia.
ADVERTISEMENT
Banyak negara yang melirik potensi perikanan Indonesia. Salah satunya adalah Jepang yang memiliki tingkat konsumsi ikan cukup tinggi.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan, Jepang tengah melirik potensi perikanan Indonesia, khususnya komoditas gurita. Hal ini sesuai hasil kunjungan Susi beberapa waktu lalu ketika mengunjungi negara samurai tersebut. Menurut Susi, di Jepang saat ini gurita menjadi komoditas yang sedang banyak dicari.
"Saya ketemu dengan perusahaan-perusahaan, itu mereka mencari gurita. Gurita ini dicari sama orang Jepang," ujar Susi di Gedung Mina Bahari IV, KKP, Jakarta pusat, Jumat (25/8).
Melihat tingginya permintaan gurita di Jepang, lantas Susi mengajak nelayan Indonesia untuk menangkap gurita. Setelah ditangkap gurita yang dikumpulkan oleh nelayan bisa diekspor ke Jepang dan memberikan pemasukan lebih pada nelayan.
ADVERTISEMENT
"Kalau bapak-bapak bisa mencari gurita, sekarang gurita ini sangat dibutuhkan di Jepang karena Jepang itu dari gurita mereka bisa bikin roti, cookie, cake. Jadi dessert pun pake gurita, bukan cuma untuk makan. Yang manis-manis itu biskuit dikasih gurita, roti, cake dikasih gurita," ajak Susi.
Susi pun membandingkan tingkat konsumsi gurita di Indonesia dan Jepang yang berbeda jauh. Di Jepang, lanjut Susi, konsumsi gurita sangatlah tinggi karena setiap makanan berbahan dasar gurita begitu disukai. Sedangkan di Indonesia jarang masyarakat yang mengonsumsi gurita, karena dianggap tidak enak dan keras dagingnya.
"Kalau kita rasanya masih jarang makan gurita, lebih senang makan cumi-cumi. Dulu di Pangandaran dibuang saja, karena enggak doyan orang kita, keras katanya. Nah ini potensi-potensi yang sudah ada, tinggal kita kembangkan," pungkas Susi.
ADVERTISEMENT