Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Syeikh As-Sudais: Karikatur Nabi Bentuk Terorisme, Bukan Kebebasan Berekspresi
31 Oktober 2020 19:50 WIB

ADVERTISEMENT
Imam Masjidil Haram Syeikh Abdurrahman As-Sudais menjadi khatib dalam khotbah salat Jumat di Masjidil Haram, Makkah, Jumat (30/10).
ADVERTISEMENT
Syeikh Sudais menyoroti isu terkini di Prancis, yaitu republikasi kartun Nabi Muhammad dengan dalih kebebasan berekspresi— yang memicu kemarahan dunia Islam. Juga pernyataan Presiden Emmanuel Macron yang mengkaitkan Islam dengan terorisme.
Pada awal khotbahnya, Syeikh Sudais menjabarkan kemuliaan Nabi Muhammad SAW berdasarkan riwayat para sahabat dan kecintaan umat kepada Nabi.
“Ketika orang mendengar tentang kualitas terhormat Rasulullah, hati mereka gembira seperti tanah setelah mendapat curahan hujan. Semua kebaikan, bimbingan, dan kesederhanaan, dapat ditemukan dalam apa yang diriwayatkan tentang diri beliau," beber Syeikh Sudais seperti dikutip dari Haramain Info dan Haramain Sharifain, Sabtu (31/10/2020).
"Beliau sehat dalam bentuk fisik serta tingkah lakunya. Saat diam, penampilannya sangat menakjubkan. Ketika beliau berbicara, beliau diselimuti oleh keanggunan. Beliau adalah orang yang paling elegan saat berada di kejauhan dan yang terbaik dan paling jernih saat dekat,” lanjut Syeikh Sudais.
ADVERTISEMENT
Syeikh Sudais kemudian menegaskan bahwa Islam tidak membeda-bedakan para utusan-Nya.
Lebih lanjut Kepala Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi itu mengutuk penerbitan kartun Nabi Muhammad.
“Karikatur (itu) menyakiti hati, keterlaluan, dan merupakan bentuk terorisme, suatu bentuk ekstremisme yang dipicu kebencian dan rasisme yang menjijikkan, bukan kebebasan berekspresi,” tegas Syeikh Sudais.
Syeikh Sudais menegaskan, bukanlah kebebasan berekspresi mengarahkan penghinaan atau ejekan terhadap kesucian dan simbol agama yang dianggap sakral.
Pelanggaran terhadap nilai-nilai tersebut justru memberikan dukungan kepada individu-individu dengan ide-ide ekstremis yang berusaha menyebarkan suasana kebencian di antara masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dan ajaran Islam tidak layak disalahkan atas hal negatif yang terjadi dan tak pantas dikaitkan dengan terorisme.
“Islam adalah agama toleransi, kasih sayang, dan kohesi, dan tidak mengandung terorisme, ekstremisme, sabotase, ejekan atau hinaan, atau pembedaan antara para nabi dan rasul Allah SWT,” bebernya.
"Kami juga menyerukan lebih lanjut kepada orang-orang untuk mengendalikan perasaan mereka, menahan provokasi, menahan diri dari tindakan gegabah, dan menghindari tindakan yang tidak hati-hati dan reaksi yang tidak terkendali," imbaunya.
Identitas Bangsa Prancis
Pengkaitan Islam, kaum Muslim, dan terorisme disampaikan Presiden Prancis Emmanuel Macron saat memberikan penghargaan sipil tertinggi kepada Samuel Paty.
Paty ditikam remaja 18 tahun setelah Paty memperlihatkan kartun Nabi di kelas sebagai bagian dari pelajaran kebebasan berpendapat.
Setelah peristiwa yang menimpa Paty, gedung-gedung di Prancis menampilkan kartun Nabi.
ADVERTISEMENT
Penggambaran Nabi Muhammad SAW terlarang dalam ajaran Islam dan merupakan bentuk penistaan.
Prancis selama ini menganggap kebebasan berpendapat atau berekspresi merupakan identitas bangsa yang menyatukan Prancis dan tidak bisa dilarang. Melarang kebebasan berekspresi sama saja dengan merusak identitas bangsa.
Prancis merupakan rumah bagi 6 juta warga Muslim dan salah satu yang terbanyak di Eropa.
Kecaman Jokowi pada Macron
Seperti pimpinan negara mayoritas Muslim lainnya, Presiden Jokowi mengecam pernyataan Macron.
Berikut pernyataan Jokowi selengkapnya, Sabtu (31/10):
Indonesia mengecam keras terjadinya kekerasan yang terjadi di Paris dan Nice, Prancis yang telah memakan korban jiwa. Indonesia juga mengecam keras pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menghina dan telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Presiden Macron tersebut dapat memecah belah persatuan antarumat beragama di saat dunia memerlukan persatuan untuk menghadapi pandemi Covid-19.
“Kebebasan berekspresi yang menciderai kehormatan, kesucian serta kesakralan nilai-nilai dan simbol agama sama sekali tidak bisa dibenarkan dan harus dihentikan. Mengaitkan agama dengan tindakan terorisme juga adalah sebuah kesalahan besar. Terorisme adalah terorisme, tidak ada hubungannya dengan agama apa pun.
Indonesia mengajak dunia mengedepankan persatuan dan toleransi beragama untuk membangun dunia yang lebih baik.