Taiwan & Bulgaria Bantah Jadi Produsen Pager Pemicu Ledakan di Lebanon

20 September 2024 15:48 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asap mengepul dari lokasi serangan udara Israel di desa Khiam, Lebanon selatan, dekat perbatasan pada 19 September 2024. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Asap mengepul dari lokasi serangan udara Israel di desa Khiam, Lebanon selatan, dekat perbatasan pada 19 September 2024. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Perburuan untuk menemukan asal-usul perangkat pager yang meledak di Lebanon dan menewaskan puluhan orang masih samar. Sejumlah negara, seperti Taiwan dan Jepang, menjadi dua negara yang disebut-sebut memproduksi elektronik pemicu ledakan tersebut.
ADVERTISEMENT
Menteri Urusan Ekonomi Taiwan Kuo Jyh-huei, pada Jumat (20/9), memastikan komponen yang digunakan dalam pager tersebut tidak diproduksi di Taiwan.
Sebelumnya, Presiden dan pendiri perusahaan pager Taiwan Gold Apollo, Hsu Ching-kuang, mengatakan perangkat tersebut diproduksi oleh perusahaan BAC yang berbasis di Budapest, Hungaria, yang memiliki lisensi untuk menggunakan merek Gold Apollo.
Hsu Ching-kuang, pendiri dan presiden Gold Apollo di kantor mereka di New Taipei City, Taiwan, Rabu (18/9/2024). Foto: Ann Wang/REUTERS
Di tengah investigasi global, Hsu Ching-kuang diperiksa oleh jaksa penuntut Taiwan. Kantor Hsu di New Taipei telah beberapa kali dikunjungi oleh polisi untuk menyelidiki lebih lanjut.
Namun hingga kini jaksa penuntut Taiwan belum memberikan pernyataan resmi mengenai hasil penyelidikan terhadap Gold Apollo.
Sementara itu, otoritas Bulgaria telah melakukan investigasi terhadap kemungkinan hubungan antara perusahaan dalam negeri dengan penjualan pager kepada kelompok militan Hizbullah.
ADVERTISEMENT
Pada Jumat pagi, Badan Keamanan Negara Bulgaria (DANS) mengonfirmasi bahwa pager yang terlibat dalam ledakan itu tidak diimpor, diekspor, atau diproduksi di Bulgaria.
Bentuk pager (penyeranta) yang meledak di Lebanon viral di platform X. Lebanon menuding Israel menanam peledak pada fase produksi. Foto: Screenshot X
Terkait ledakan lainnya, perusahaan Jepang ICOM membantah keras keterlibatan mereka. Walkie-talkie yang digunakan dalam serangan kedua pada Rabu (18/9) diyakini merupakan model lama yang telah dihentikan produksinya.
Direktur ICOM, Yoshiki Enomoto, menegaskan proses produksi perusahaan mereka sangat otomatis sehingga tidak mungkin perangkat tersebut diubah menjadi bom.
"Tidak mungkin bom bisa diintegrasikan ke dalam perangkat kami selama proses produksi," kata Enomoto, seperi dikutip dari Reuters.
Walkie-talkie ICOM tipe IC-V82 buatan Jepang meledak di Lebanon, Rabu (18/9/2024). Foto: Dok. Istimewa
Serangan kedua itu kembali menargetkan kelompok bersenjata Hizbullah dan menewaskan 25 orang serta melukai ratusan lainnya.
Ia juga menambahkan, jika alat tersebut palsu, perusahaan akan menyelidiki lebih lanjut bagaimana bisa perangkat tiruan tersebut digunakan sebagai alat peledak.
ADVERTISEMENT
Asap mengepul dari sebuah gedung setelah walki-talki yang digunakan oleh Hizbullah meledak di Beirut, Lebanon, Rabu (18/9/2024). Foto: REUTERS
ICOM mengatakan sebagian besar perangkat yang masih beredar di pasar kemungkinan besar adalah barang palsu, mengingat model radio yang digunakan telah dihentikan produksinya satu dekade lalu.
"Kami akan menyelidiki jalur distribusi jika ternyata produk asli kami terlibat dalam ledakan ini," ujar Enomoto, seperti dikutip dari Reuters.
Sebelum ledakan walkie-talkie di Beirut dan Lembah Bekaa, insiden serupa telah terjadi pada Selasa (17/9). Pager elektronik meledak dan menewaskan sedikitnya 12 orang, termasuk dua anak-anak, serta melukai sekitar 3.000 lainnya.