Taiwan Sebut Ada Peningkatan Warganya Jadi Mata-mata China

13 Januari 2025 14:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Helikopter terbang di atas bendera Tiongkok di Lapangan Tiananmen dalam formasi "100" selama upacara untuk menandai peringatan 100 tahun berdirinya Partai Komunis China di Lapangan Tiananmen di Beijing, China, Kamis (7/1). Foto: Ng Han Guan/AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Helikopter terbang di atas bendera Tiongkok di Lapangan Tiananmen dalam formasi "100" selama upacara untuk menandai peringatan 100 tahun berdirinya Partai Komunis China di Lapangan Tiananmen di Beijing, China, Kamis (7/1). Foto: Ng Han Guan/AP Photo
ADVERTISEMENT
Badan Keamanan Nasional Taiwan mengungkapkan warganya yang didakwa atas tuduhan mata-mata China meningkat sepertiga menjadi 64 orang pada 2024 lalu.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, sebagian besar warga yang dituduh sebagai mata-mata merupakan anggota aktif atau pensiunan militer.
China telah meningkatkan tekanan politik dan militer dalam beberapa tahun terakhir untuk kembali mengeklaim pemerintahan demokratis Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Tekanan tersebut termasuk latihan militer harian, penerbangan balon di dekat Taiwan, dan kampanye spionase.
Badan Keamanan Nasional pada Minggu (12/1) mengatakan, peningkatan jumlah warga Taiwan yang didakwa dengan percobaan spionase untuk China merepresentasikan “peningkatan yang signifikan” dari 48 dan 10 orang masing-masing pada tahun 2023 dan 2022.
Meski demikian, laporan tidak menyertakan penjelasan tentang peningkatan kasus tersebut.
“Partai Komunis China terus menggunakan berbagai saluran dan cara untuk menyusup ke semua lapisan masyarakat untuk membantu mereka mengembangkan jaringan atau mengumpulkan informasi pemerintah yang sensitif,” kata laporan itu.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Kantor Urusan Taiwan China tidak segera merespons permintaan komentar. Kantor itu mengurusi persoalan China di Taiwan.
Dari mereka yang didakwa tahun lalu, dua pertiganya merupakan anggota aktif atau pensiunan pasukan bersenjata. Laporan itu juga mengungkapkan, kelompok demografi ini merupakan “target utama” infiltrasi China terhadap Taiwan.
Laporan itu mengungkapkan melalui kelompok kriminal, bank bawah tanah dan kelompok agama, sejumlah anggota pasukan bersenjata yang pensiun itu mencoba merekrut anggota militer yang masih aktif untuk mendapatkan informasi sensitif militer atau membangun jaringan mata-mata.
Laporan itu juga mencatat dalam beberapa kasus yang tidak disebutkan, sejumlah gangster diajak untuk bertugas sebagai agen yang ditanam untuk “menyabotasi” dan mengibarkan bendera China jika terjadi invensi China. Sejumlah anggota militer yang pensiun diinstruksikan untuk mengumpulkan foto dan koordinat kantor pemerintah asing di Taiwan untuk membangun “tim penembak jitu” untuk “tugas pembunuhan”.
ADVERTISEMENT
7 pensiunan militer yang ditangkap tahun lalu atas dugaan spionase China juga memetakan koordinat dan detail sejumlah markas militer dan kedutaan besar de facto AS di Taipei.
Beijing tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa kembali Taiwan dalam kendalinya. Pemerintah di Taipei dengan keras menolak klaim kedaulatan China dan bersumpah untuk mempertahankan demokrasi dan kebebasannya.