Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tak Hanya Dolar, Sampah di Bogor Juga Hasilkan Euro hingga Yen
7 April 2018 14:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pagi, siang, malam, dolar diburu demi mencukupi kebutuhan hidup. Bahkan dolar kadang juga menjadi pemulus untuk melancarkan usaha.
Sebagai contoh, Syafei, pria paruh baya yang membuka warung di samping lokasi tumpukan sampah penghasil dolar. Syafei mampu membuka warung, salah satunya berkat pundi-pundi dolar yang dia dapatkan.
Menurut Syafei, di tumpukan sampah dekat warungnya juga ditemukan mata uang lain. Saat ditemui kumparan (kumparan.com ) di warungnya, Syafei menunjukkan uang yang ia temukan. Ada dolar AS, dolar Australia, euro, yuan, yen, dan juga ringgit.
"Dari tahun 1997 lah, udah ada pembuangannya. Kalau sampah dari luar semua, Amerika, yang dibuang ke Aspex. Ya dari Australia dari mana juga ada di sini. Makanya uangnya macam-macam," cerita Syafei.
Seorang remaja bernama Arman Maulana yang tinggal di Kampung Parung Dengdek juga mengaku pernah menemukan uang selain dolar. Arman bisa dibilang cukup beruntung. Meski dia hanya menemukan potongan euro, dia akhirnya bisa menemukan potongan lainnya karena ditemukan oleh ibunya.
ADVERTISEMENT
"Kalau pas zaman SD dulu sering, suka ngorek gitu. Pernah dulu dapat tuh, uang potongan euro. Sama kayak ibu, satu lembaran. Pas dicocokin sama, bisa dijual, laku tuh 50 euro. Rp 500 ribu kalau enggak salah," terang Arman.
"Itu sepasang sama ibu, terus disatuin, sama serinya," tambah dia.
Menurut Arman, di tumpukan sampah 'ajaib' itu tak hanya berbagai macam uang yang bisa ditemui. Bila beruntung, warga bisa menemukan emas.
"Segala macam ada. Ada emas juga di situ kadang," ungkap Arman.
Meski dolar-dolar berceceran, tak sembarang orang bisa memungut dolar tersebut. Ketua RT setempat sudah memberi kebijakan hanya warga di kawasannya yang berhak memungut sampah dan dolar.
"Tapi khusus orang sini doang sih. Orang luar enggak dibolehin. Khusus pribumilah gitu maksudnya. Khusus warga desa Parung Dengdek. Kalau ada orang luar suka diomongin, kalau ada yang turun (ke pembuangan sampah)," pungkas Arman.
ADVERTISEMENT