Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tak Henti Kumandangkan Azan Meski Tsunami Menerjang
11 Oktober 2018 11:11 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Getaran sekuat 7,4 magnitudo dengan kedalaman 11 km di pantai barat Donggala itu berhasil mengoyak bangunan, membelah tanah, juga jalanan. Beberapa menit berselang, air setinggi 0,5-3 meter bergulung-gulung menyeret rumah, kendaraan, hingga menenggelamkan nyawa.
ADVERTISEMENT
Warga berhamburan ke jalan dan berlari menyelamatkan diri. Suasana kian mencekam ketika listrik padam dan komunikasi terputus.
Namun ketakutan itu tak dirasakan oleh Heris, pengurus masjid Babul Jannah, yang bertahan saat gempa dan tsunami menerjang Kota Donggala, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9) petang. Baginya, bencana datang beriringan dengan mukjizat.
Heris mengenang, ketika lantai masjid berguncang, ia sedang mengumandangkan azan magrib.
"Pas lafaz Hayya 'alal falâh itu kedua kalinya, lampu sudah mati, kipas angin jatuh. Jadi saya masih sadar," ujar Heris atau yang akrab disapa Papa Ronald saat ditemui kumparan pada Selasa (9/10).
Dia tahu gempa dan tsunami bisa saja melahap bangunan yang terletak 50 meter dari bibir pantai itu dan menghilangkan nyawanya. Namun baginya, masjid Babul Jannah adalah tempat berlindung.
ADVERTISEMENT
"Ketika itu saya masih lanjut lagi mengucapkan kalimat ‘Allahuakbar allahuakbar lailahaillallah’ setelah itu saya langsung membaca doa lagi, selanjutnya saya berzikir memohon kepada Allah," lanjutnya.
Papa Ronald tak sendiri. Ada seorang imam, beberapa jemaah laki-laki, dan seorang jemaah perempuan, yang berada di dalam masjid. Namun, belum selesai dia mengumandangkan azan, orang-orang tersebut sudah berlari menyelamatkan diri.
"Setelah sudah aman sedikit-sedikit tapi masih goyang ya, saya menoleh ke kiri. Saya melihat orang di sebelah kiri, imam, semua orang sudah lari. Sudah lama mereka lari, azannya belum selesai sudah lari mereka," jelas Papa Ronald.
Sebentar kemudian, air mulai masuk menggenangi masjid dua kubah tersebut. Papa Ronald lantas mencoba menyelamatkan diri dari kungkungan air setinggi 100 cm itu.
ADVERTISEMENT
"Saya berjalan menuju pintu samping, tidak lari ya, kalau lari terbanting, sambil pasang kuda-kuda itu. Saya mau ke pintu samping lalu belok ke kanan, langsung lari ke gunung saya waktu itu," tuturnya.
Dari atas gunung ia melihat rumahnya sudah rata tersapu gelombang air laut. Dua kendaraan yang terparkir di halaman masjid mengapung. Pintu masjid ikut hanyut dibawa gelombang. Namun bangunan masjid berwarna hijau itu tetap kokoh berdiri. Bahkan warnanya tak memudar.
Di sudut lain, warga setempat, Heri, menyaksikan bagaimana Masjid Babul Jannah berhasil menyelamatkan dirinya dan sejumlah warga. Rumah Heri yang berada di bibir pantai porak-poranda. Namun dia dan para tetangga selamat karena berlari ke belakang masjid Babul Jannah.
ADVERTISEMENT
“Kalau (bagi) saya, itu mungkin mukjizat. Karena jadi penahan juga sebenarnya masjid ini. Rumah, atap seng, termasuk mobil yang diparkir di sana itu mengarah ke masjid tapi tertahan di situ sudah. Warga di sini lari ke sini semua ke belakang masjid,” tuturnya.
Setelah air laut mulai tenang dan gempa mereda, warga mulai mencari tempat aman. Beberapa hari setelahnya, warga sudah kembali salat di Masjid Babul Jannah meski masih ada bagian-bagian yang rusak. Bahkan menurut Heri, kini warga ‘memandang’ masjid dengan lebih sakral.
"Setelah tsunami, (salat) Jumat ini, sudah ramai, full, banyak," kata Papa Ronald menambahkan.
Kuatnya bangunan masjid, menurut Papa Ronald, karena pondasi yang dibuat tertancap kuat sehingga mampu menopang berat masjid dan melindungi dari gempa juga tsunami.
ADVERTISEMENT
"Ya, dia punya galian ini sangat dalam kurang lebih 2 meter pakai kaki ayam dia. Kaki ayam itu bisa menahan gempa kalau cuma 6 sampai 7 (magnitudo) begitu. Apalagi ini rumahnya Allah tentu dapat perlindungan sama Yang Kuasa," katanya.
Heris menilai, peristiwa ini sebagai sebuah peringatan untuk masyarakat agar lebih mendekat kepada Tuhan.
"Inilah yang namanya kekuasaan Allah, ujian Allah, marilah kita lebih ini lagi, jemaahnya ditingkatkan lagi untuk menjauhkan bala dari kampung ini," terangnya.
Simak selengkapnya konten spesial dalam topik Yang Kokoh Diterjang Tsunami .