Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Tak Sepakat dengan Hamas, Israel Tahan Masuk Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
2 Maret 2025 15:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Israel menangguhkan masuknya bantuan ke Gaza pada Minggu (2/3) setelah Hamas menolak usulan perpanjangan gencatan senjata.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan akan ada “konsekuensi” jika Hamas tidak menerima proposal tersebut.
“Mulai pagi ini, semua barang dan pasokan ke Jalur Gaza akan ditangguhkan,” kata kantor Netanyahu dalam pernyataan resminya, mengutip AFP.
“Israel tidak akan menerima gencatan senjata tanpa pembebasan sandera kami. Jika Hamas tetap menolak, akan ada konsekuensi lain.”
Hamas: Israel Lakukan Pemerasan
Hamas mengecam kebijakan Israel sebagai bentuk “pemerasan murahan” dan “kudeta” terhadap kesepakatan gencatan senjata.
Dalam pernyataan yang dikutip Al Jazeera, Hamas menyebut tindakan Israel sebagai “kejahatan perang” dan meminta para mediator menekan Israel untuk mencabut blokade.
Sebelumnya, Israel mengajukan proposal baru yang mengubah kesepakatan gencatan senjata Januari lalu.
Dalam usulan tersebut, gencatan senjata diperpanjang hingga Ramadan dengan syarat Hamas membebaskan setengah dari sandera yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.
ADVERTISEMENT
Blokade sebagai Alat Tekanan
Keputusan Netanyahu muncul setelah desakan internal untuk menekan Hamas lebih jauh.
Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir yang selama ini menentang bantuan ke Gaza, menyambut baik kebijakan ini.
“Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali,” tulis Ben-Gvir di X.
“Sekarang saatnya membuka gerbang neraka, memutus listrik dan air, serta kembali berperang. Tidak hanya membebaskan setengah sandera, tapi mengikuti ultimatum Presiden Trump—semua sandera segera dibebaskan, atau Gaza menghadapi konsekuensi penuh.”