Taliban Gelar Pertemuan Ribuan Ulama dan Tetua Suku, Bahas Hak Edukasi Perempuan

30 Juni 2022 16:21 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Taliban Afghanistan Abdul Nafi Takor berbicara pada konferensi pers tentang seragam polisi Afghanistan yang baru di Kabul, Afghanistan. Foto: Ali Khara/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Taliban Afghanistan Abdul Nafi Takor berbicara pada konferensi pers tentang seragam polisi Afghanistan yang baru di Kabul, Afghanistan. Foto: Ali Khara/REUTERS
ADVERTISEMENT
Taliban mengumpulkan ribuan ulama dan tetua suku dalam pertemuan khusus laki-laki untuk memperkuat aturan Islam garis keras mereka di Ibu Kota Kabul, Afghanistan, pada Kamis (30/6/2022).
ADVERTISEMENT
Jirga adalah pertemuan tradisional orang-orang berpengaruh. Pertemuan selama tiga hari tersebut bertujuan untuk menyelesaikan perbedaan dengan konsensus.
Taliban memerintahkan masing-masing distrik di negara itu untuk mengirimkan tiga delegasi. Afghanistan memiliki lebih dari 400 distrik.
Kota-kota, kelompok agama, dan organisasi lain turut akan mengirimkan perwakilan mereka. Pertemuan itu lantas akan dihadiri oleh lebih dari 3.000 orang.
Pemimpin tertinggi Taliban, Hibatullah Akhundzada, juga dikabarkan akan hadir. Spekulasi itu telah menggemparkan media lokal. Pasalnya, Hibatullah tidak pernah terlihat di hadapan umum sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021.
Pembela hak-hak perempuan Afghanistan dan aktivis sipil protes untuk menyerukan kepada Taliban untuk pelestarian prestasi dan pendidikan mereka, di depan istana kepresidenan di Kabul, Afghanistan, Jumat (3/9). Foto: Stringer/REUTERS
Taliban tidak mengungkap rincian seputar jirga dan melarang media untuk menghadirinya. Sebuah sumber Taliban mengatakan, jirga itu akan membuka ruang untuk kritik terhadap rezim. Pihaknya juga akan membahas isu-isu pelik, seperti pendidikan bagi anak perempuan.
ADVERTISEMENT
Hak pendidikan bagi perempuan telah memecah gerakan tersebut. Tetapi, perempuan bahkan tidak diizinkan untuk menyuarakan pandangannya dalam jirga tersebut.
Perdana Menteri Afghanistan, Abdul Salam Hanafi, tidak melihat kepentingan dalam keterlibatan perempuan. Dia mengatakan, mereka dapat diwakili oleh kerabat laki-laki.
"Para wanita adalah ibu dan saudara perempuan kami. Kami sangat menghormati mereka," ujar Abdul, dikutip dari AFP, Kamis (20/6/2022).
"Ketika anak laki-laki mereka ada dalam pertemuan itu, berarti mereka juga terlibat," tambah dia.
Sejak merebut kekuasaan, Taliban telah melarang anak perempuan mengenyam pendidikan. Perempuan juga dipecat dari pekerjaan pemerintah, dilarang bepergian sendiri, dan diperintahkan untuk mengenakan burqa.
Taliban turut melarang pemutaran musik non-religius, penggambaran sosok manusia dalam iklan, serta penayangan film dan sinetron yang menampilkan wanita tanpa burqa.
ADVERTISEMENT
Bagi penduduk pria, Taliban memerintahkan mereka untuk mengenakan pakaian tradisional dan menumbuhkan janggut.