Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Taliban Tembak Mati Dua Perempuan Afghanistan dalam Operasi Penggeledahan
21 September 2022 6:24 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kabar tersebut diungkap oleh sumber lokal—seorang ulama dan pejabat—pada Selasa (20/9). Mereka menjelaskan, Taliban melepaskan tembakan ke udara hingga melukai seorang wanita.
Dua wanita lain dan seorang kerabat pria kemudian berusaha untuk membawanya ke rumah sakit. Tetapi, kedua wanita itu justru ditembak mati ketika meninggalkan lokasi kejadian.
"Melihat mereka melaju kencang, Taliban mengira mereka melarikan diri dengan senjata dan menembaki mobil mereka," terang ulama setempat, Wali Jan, dikutip dari AFP, Rabu (21/9).
Laporan tentang insiden tersebut dikonfirmasi oleh kepala departemen informasi dan budaya Helmand, Hafiz Rashid.
"Dua wanita menjadi martir selama operasi pembersihan di daerah Bost Kala di Lashkar Gah," ujar Rashid.
Sejak mengambil alih kekuasaan pada tahun lalu, Taliban menggencarkan pemeriksaan keamanan di seluruh Afghanistan. Pasukannya pergi dari rumah ke rumah untuk mencari senjata, pelaku kriminal, dan pemberontak rezim garis keras Taliban.
ADVERTISEMENT
Patroli jalanan tersebut meningkat dalam beberapa hari terakhir di Helmand dan Kandahar. Kedua wilayah itu adalah pusat kekuatan de facto Taliban.
Para tentara yang semuanya laki-laki kerap menghentikan lalu lintas, serta melakukan penggeledahan yang melanggar privasi.
"Mereka bahkan menggeledah lemari dan pakaian perempuan. Penggeledahan macam apa ini? Ini salah," ujar warga perempuan di Kandahar.
"Mereka mengacak-acak segalanya lalu pergi," lanjut dia.
Taliban sempat menguasai nyaris seluruh Afghanistan pula pada 1996-2001. Kelompok itu membangun reputasi atas tindakan keras terhadap hak dan kebebasan, termasuk terkait perempuan.
Ketika mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus 2021, mereka bersumpah akan menghormati hak-hak perempuan. Selang setahun kemudian, Taliban ternyata masih menekan kaum perempuan dengan memberlakukan berbagai pembatasan ketat di Afghanistan.
Taliban melarang perempuan tampil di televisi,mencegah anak perempuan mengejar pendidikan sekolah menengah, dan menutup Kementerian Urusan Wanita (MOWA).
ADVERTISEMENT
Perempuan bahkan tidak dapat melakukan perjalanan lebih dari 72 kilometer tanpa kerabat laki-laki atau mahram. Aturan tersebut akhirnya memicu lonjakan kasus COVID-19 pada awal 2022.
Rezim baru tidak memecat pegawai perempuan dari pekerjaan pemerintah dengan gamblang. Namun, mereka dipaksa tinggal di rumah dan upah mereka pun dipotong. Walau bersikeras melanjutkan pekerjaan, mereka menghadapi pelecehan dan pembatasan lainnya.
Taliban juga memerintahkan semua perempuan untuk menutup aurat mereka. Rentetan arahan semacam itu muncul dari pemimpin tertinggi Taliban, Hibatullah Akhundzada.
Dari markas di Kandahar, dia mengumpulkan kaki tangannya yang terdiri dari para pejuang veteran dan ulama agama. Mereka memaksakan interpretasi keras dari syariat Islam.
"Kebutuhan warga Afghanistan tetap sama seperti 20 tahun lalu," ujar anggota dewan ulama yang menjadi penasihat Akhundzada, Mohammad Omar Khitabi.
ADVERTISEMENT