Tanggapan Orang Tua Murid di Bali soal Sekolah Tatap Muka Digelar Januari 2021

25 November 2020 13:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengizinkan pembelajaran atau sekolah tatap muka di tengah pandemi virus corona dimulai pada Januari 2021 mendatang. Boleh tidaknya tatap muka pembelajaran diserahkan kepada pemerintah daerah.
ADVERTISEMENT
Salah satu orang tua murid di Bali, Yuda Maruta, mengaku dia cukup khawatir anaknya bersekolah tatap muka di tengah pandemi COVID-19.
Dia akan mengizinkan dua anaknya yang sedang menempuh pendidikan di tingkat SD dan SMP sekolah tatap muka jika sekolah menjamin protokol kesehatan diterapkan dengan ketat.
"Ya enggak apa apa, tapi tergantung kepada penerapan protokol kesehatan yang dilakukan pemerintah," kata warga Sibangkaja, Denpasar, ini Rabu (25/11).
Sementara itu, Nandang Astika, warga Jalan Ahmad Yani Utara, Denpasar mengaku masih mempertimbangkan untuk mengizinkan anaknya sekolah tatap muka. Rasa khawatirnya besar, mengingat penularan virus corona di Kota Denpasar masih terjadi.
Dia juga mempertanyakan garansi yang diberikan pemerintah agar anak-anak aman di sekolah.
ADVERTISEMENT
"Memang dilema, ketika anak-anak belajar di rumah anak-anak tak fokus karena tak mendapat pendampingan khusus guru. Tapi ketika belajar di sekolah, belum ada kepastian anak-anak aman," kata dia.
Dia berharap pihak sekolah dan pemerintah memberikan kejelasan dan ketegasan dalam penerapan protokol kesehatan. Apalagi, satu anaknya masih duduk di tingkat SD. Menurut dia, anak usia SD masih sulit diatur menerapkan protokol kesehatan secara mandiri.
"Jangan karena ada anjuran Menteri sekolah tatap muka, kemudian yang di bawah membuka tanpa ada perhatian dan kesiapan yang jelas. Kalau ini saya harus berpikir lagi ya, mengizinkan apa tidak anak ikut sekolah. Anak SMP kemungkinan mengizinkan, tapi yang untuk SD masih berpikir," kata dia.
ADVERTISEMENT
Salah satu Guru di SMK 1 Denpasar, Wayan Esa Baskara, mengatakan, memang pembelajaran tatap muka di tengah pandemi COVID-19 dilematis.
Satu sisi penularan masih terjadi, sisi lain murid membutuhkan pembelajaran metode ini agar lebih memahami materi pembelajaran dan mendapatkan pendidikan karakter.
"Kalau hanya daring sepertinya pembinaan karakter ini tak bisa atau terganggu, karena ortu di rumah sibuk bekerja dan tak bisa mendampingi terus menerus. Jarak yang memisahkan siswa dan guru pasti menjadi kendala," kata dia.
Ia menuturkan, sata sekolah tatap muka, anak terbiasa bangun pagi dan berpenampilan rapi. Saat sekolah daring, anak mulai malas dan bahkan ada yang memanjangkan rambut dan mewarnainya.
"Kalau saya secara pribadi yang penting semua siap, pasti bisa kalau semua sudah siap. Nah sekolah yakin ngga, semuanya punya penerapan prokes yang benar dan sesuai biar tidak nanti, muncul klaster ya kan. Seperti sekolah yang punya siswa ribuan," kata dia.
ADVERTISEMENT
Baskara menuturkan, edukasi penerapan protokol kesehatan pada anak didik sebaiknya tidak hanya diberikan guru, saat berada di sekolah. Orang tua juga punya tanggung jawab. Mulai dari berangkat hingga pulang sekolah.
Apalagi siswa-siswa SD yang tentu penanganannya akan lebih sulit dalam menjaga jarak dibanding siswa SMP atau SMA/SMK.
"Jadi, izin dan kerja sama orang tua dibutuhkan," kata dia.