Tangis Haru, Mardeka, Tunanetra Penyadap Karet Bisa Pergi Haji

3 Juni 2024 16:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mardeka bin Bidulan, jemaah haji tunanetra asal Kalimantan Tengah.  Foto: Dok. MCH 2024
zoom-in-whitePerbesar
Mardeka bin Bidulan, jemaah haji tunanetra asal Kalimantan Tengah. Foto: Dok. MCH 2024
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Air mata menetes di pipi Mardeka bin Bidulan Imran. Pria berusia 79 tahun itu tak mampu menahan haru saat bercerita dirinya bisa menginjakkan kakinya di Tanah Suci.
ADVERTISEMENT
Mengenakan kaus oblong putih dengan resleting di tengah dan celana putih, Mardeka dituntun istrinya, Arsimah (74), berwudu di kamar mandi yang terletak di samping kamarnya.
Usai berwudu, pelan-pelan Mardeka berjalan meraba-raba dinding menuju kasur. Dia kemudian salat di atas sajadah berwarna biru di atas kasur yang sebelumnya disiapkan sang istri. Mardeka pun salat dalam posisi duduk seraya berdoa.
"Ku mendoakan semua keluargaku semoga bisa dipanggil ke sini (baitullah), diberi kemudahan, dan rizki yang banyak," katanya saat ditemui di hotelnya di Makkah, Sabtu (1/6).
Mardeka bin Bidulan, jemaah haji tunanetra asal Kalimantan Tengah. Foto: Dok. MCH 2024
Mardeka yang lahir menjelang proklamasi, 17 Agustus 1945 itu bercerita, bahwa keinginannya untuk pergi ke Baitullah begitu besar dan sudah lama ada di lubuk hatinya yakni pada tahun 1980. Akhirnya pada 2018 anak-anak Mardeka mendaftarkan Mardeka. Lalu Allah memanggil Mardeka menjadi tamu-Nya pada 2024 ini.
ADVERTISEMENT
"Rasanya yang tidak mungkin jadi mungkin. Meskipun dalam keadaan seperti ini, bahagia rasanya sudah saya," kata Mardika sambil terisak saat ditemui di hotelnya di Makkah, Sabtu (1/6).
Mardeka merupakan salah satu jemaah haji disabilitas. Matanya tak bisa melihat sejak tahun 2023 lalu. Meski dengan keterbatasannya, dia sangat bersyukur karena bisa melaksanakan rangkaian ibadah haji dalam kondisi sehat walafiat.
Dia juga tak menyangka, seorang penyadap karet seperti dirinya bisa pergi ke Tanah Suci.
"Bersyukur, bangganya bukan main rasanya, sampai saya itu keluar air mata. Bersyukur banar (sangat bersyukur) sudah sampai ke sini, sampai Makkah," kata Mardeka dengan terbata-bata.
Mardeka bin Bidulan, jemaah haji tunanetra asal Kalimantan Tengah. Foto: Dok. MCH 2024
Suara Mardika yang berbicara dengan dialek bahasa Dayak Bakumpai itu kembali terdengar lirih menahan haru.
ADVERTISEMENT
Dia bercerita, sehari-hari bekerja sebagai petani penyadap karet di Desa Sikan, Kecamatan Montalat, Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah. Hidup dijalani Mardeka secara sederhana dengan istri, Arsimah (74) dan delapan anaknya.
"Aku menyadap karet gasan makan anak bini. Yang anak handak sekolah kusekolahkan, kalau kada minat ya di rumah aja membantuku (aku menyadap karet untuk makan anak istri. Yang mau sekolah ya kusekolahkan, kalau yang tidak minat ya di sini membantu aku)," kata Mardeka.
Kerja keras Mardeka membuahkan hasil. Anak-anak Mardeka yang disekolahkan hingga ke perguruan tinggi itu urunan untuk membiayai haji kedua orang tuanya.

Diagnosis Glukoma Tahun 2023

Mardeka bin Bidulan, jemaah haji tunanetra asal Kalimantan Tengah. Foto: Dok. MCH 2024
Mardeka didiagnosis mengidap glukoma yang menyebabkan penglihatannya kabur. Awalnya mata sebelah kanan, kemudian merembet ke kiri.
ADVERTISEMENT
"Kanan awalnya kabur, lalu merembet ke kiri sampai kabur sama sekali," katanya.
Mardeka tak patah arang, demi bisa berhaji dengan kondisi sehat, dia berobat ke spesialis mata di Banjarmasin Kalimantan Selatan yang jarak tempuhnya butuh sehari semalam.
Meski sudah berusaha, tetapi Allah punya takdir lain, Mardeka harus menerima kenyataan berhaji dengan status penyandang tunanetra.
"Bapak ini menangis pas kami bilang gimana kalau umrah saja tidak usah berhaji karena kondisi bapak yang tidak bisa melihat ini. Tapi beliau menolak, tetap ingin naik haji," tutur Arsimah menceritakan betapa kuatnya niat Mardeka naik haji.
Kini, Mardeka tengah memperbanyak zikir dan doa sembari menunggu ibadah puncak haji tiba. Dia terus berzikir, salat, berdoa, dan membaca quran. Tak lupa Mardeka berdoa agar matanya bisa sembuh dan bisa kembali melihat.
ADVERTISEMENT