Tangis Haru Pecah di Bandara Bangkok Sambut 5 Sandera Thailand Pulang dari Gaza

9 Februari 2025 17:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerabat memeluk seorang sandera Thailand yang dibebaskan dari Gaza di Bandara Suvarnabhumi Bangkok, di Samut Prakan, Thailand, Minggu (9/2/2025). Foto: Athit Perawongmetha/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Kerabat memeluk seorang sandera Thailand yang dibebaskan dari Gaza di Bandara Suvarnabhumi Bangkok, di Samut Prakan, Thailand, Minggu (9/2/2025). Foto: Athit Perawongmetha/REUTERS
ADVERTISEMENT
Lima pekerja asal Thailand yang disandera di Gaza akhirnya tiba di tanah air mereka pada Minggu pagi (9/2).
ADVERTISEMENT
Suasana haru pun menyelimuti Bandara Suvarnabhumi Bangkok. Keluarga menyambut mereka dengan pelukan dan air mata bahagia setelah lebih dari setahun dalam penyanderaan.
Kelima sandera—Watchara Sriaoun, Pongsak Tanna, Sathian Suwannakham, Surasak Lamnau, dan Bannawat Saethao—dibebaskan pada 30 Januari lalu sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.
Pongsak Thaenna, salah satu sandera Thailand yang dibebaskan dari Gaza di Bandara Suvarnabhumi Bangkok, di Samut Prakan, Thailand, Minggu (9/2/2025). Foto: Chalinee Thirasupa/REUTERS
Wilas Thaenna, ayah dari Pongsak Thaenna, salah satu sandera Thailand yang dibebaskan dari Gaza di Bandara Suvarnabhumi Bangkok, di Samut Prakan, Thailand, Minggu (9/2/2025). Foto: Chalinee Thirasupa/REUTERS
Saat bertemu keluarganya, Pongsak Tanna mengaku kehilangan kata-kata.
“Saya berterima kasih kepada semua orang yang membantu kami keluar. Kami tidak akan berada di sini tanpa mereka,” ujarnya kepada wartawan, seperti diberitakan Guardian.
Ayah Bannawat, Somboon Saethao, tidak bisa menyembunyikan rasa syukurnya.
“Saya sangat bahagia. Kami akan menyambutnya pulang dengan upacara tradisional Thailand,” kata Somboon yang berasal dari Provinsi Nan, Thailand Utara.
Bannawat bekerja di Israel selama sembilan bulan sebelum diculik, berusaha mencari nafkah yang lebih baik untuk keluarganya.
ADVERTISEMENT

Jaminan Masa Depan untuk Para Sandera

Menteri Luar Negeri Thailand Maris Sangiampongsa menghadiri Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM) di National Convention Centre, di Vientiane, Laos, 8 Oktober 2024. Foto: Athit Perawongmetha/REUTERS
Menteri Luar Negeri Thailand, Maris Sangiampongsa, menyebut kepulangan mereka sebagai momen bersejarah.
“Kami tidak pernah menyerah untuk membawa mereka kembali,” ujarnya dalam konferensi pers di bandara.
Ia menambahkan, pemerintah akan memastikan reintegrasi mereka ke masyarakat, termasuk memantau kesehatan mental mereka.
Sebagai bentuk kompensasi, pemerintah Thailand akan memberikan bantuan finansial kepada para mantan sandera. Setiap orang akan menerima 600.000 baht (sekitar Rp 290 juta) sebagai pembayaran satu kali, serta gaji bulanan 900 dolar AS (sekitar Rp 14 juta) hingga usia 80 tahun.
“Kami ingin memastikan mereka tidak harus kembali ke Israel untuk bekerja,” kata pejabat Kementerian Tenaga Kerja Thailand, Boonsong Tapchaiyut.

Thailand dan Krisis Timur Tengah

Sandera Thailand yang dibebaskan Surasak Rumnao, Sathian Suwannakham, Bannawat Saethao, Watchara Sriaoun, dan Pongsak Thaenna yang dibebaskan dari Gaza di Bandara Suvarnabhumi Bangkok, di Samut Prakan, Thailand, Minggu (9/2/2025). Foto: Athit Perawongmetha/REUTERS
Serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 menyebabkan 31 warga Thailand diculik. Sebanyak 23 orang dibebaskan pada akhir tahun itu, sementara dua orang dipastikan tewas pada Mei 2024.
ADVERTISEMENT
Saat ini, satu warga Thailand masih diyakini hidup di Gaza.
Proses pembebasan lima sandera terakhir ini berlangsung di Khan Younis, Gaza Selatan.
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, menyampaikan rasa syukur atas pembebasan mereka.
“Saya sangat gembira mereka akhirnya bebas,” katanya.
Ia juga berterima kasih kepada Israel, Qatar, Mesir, Iran, Turki, dan AS yang membantu negosiasi.
Perdana Menteri termuda Thailand, Paetongtarn Shinawatra. Foto: Chalinee Thirasupa/REUTERS
Meski banyak warga Thailand menjadi korban dalam konflik ini—46 pekerja Thailand tewas sejak Oktober 2023—pemerintah Thailand tetap melanjutkan kebijakan pengiriman tenaga kerja ke Israel.
Pekan lalu, Kementerian Tenaga Kerja Thailand mengumumkan rencana menambah 13 ribu tenaga kerja ke Israel, dengan risiko keamanan yang masih tinggi.