Tangis Ibu dr Aulia Risma Pecah, Kenang Kisah Sedih Anaknya saat PPDS

18 September 2024 21:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
Ibu almarhumah dokter Aulia Risma, Nuzmatun Malinah menangis saat bercerita tentang kondisi sang anak. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ibu almarhumah dokter Aulia Risma, Nuzmatun Malinah menangis saat bercerita tentang kondisi sang anak. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ibu almarhumah dokter Aulia Risma, Nuzmatun Malinah, akhirnya muncul ke publik. Nuzmatun mengatakan, sang anak kerap dibully hingga diperas oleh para seniornya.
ADVERTISEMENT
Dengan air mata berlinang, Nuzmatun bercerita beratnya beban kerja sang anak sebagai mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Undip di RSUP Dr Kariadi Semarang. Katanya, korban kerap mengalami perundungan dan pemerasan.
"Saya sebenernya ingin bercerita hal lebih, tapi saya tidak sanggup untuk bercerita. Dari awal 2022 dia bercerita, jam 3 dini hari harus sudah di ruangan. Semua peralatan sudah siap, rutinitas seperti itu. Sampai akhirnya dia pulang dari rumah sakit itu, jatuh ke selokan sekitar bulan Agustus 2022. Itu karena saking ngantuknya dia jatuh ke selokan, sampai dia sadar sendiri, malam-malam dini hari, sampai dia bangun sendiri," ujar Nuzmatun dalam jumpa pers di Semarang, Rabu (18/9).
Setelah kecelakaan itu, almarhumah kemudian mengalami sakit syaraf kejepit. Sebagai ibu, Nuzmatin sempat ke kepala prodi anastesi agar anaknya diberikan keringanan saat menjalani pendidikan, namun sayang kaprodi itu justru memberikan jawaban tak enak.
ADVERTISEMENT
"Anak saya sudah operasi 2 kali. Setelah jatuh itu mulai sakit kaki dan punggungnya. Kemudian saya menghadap untuk minta agar perlakuan tidak seperti itu ke kaprodi, tapi dijawab bahwa itu adalah penguatan mental, dalam menghadapi berbagai pasien," ucap Nuzmatun menirukan ucapan kepala prodi.
RSUP dr Kariadi Semarang pada masa pandemi COVID-19, 27 Februari 2020. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Tak hanya sekali atau dua kali, Nuzmatun menghadap kaprodi untuk meminta keringanan, namun tidak pernah ada jawaban yang baik. Dengan kondisi sakit Aulia bahkan masih diminta mengantar makanan untuk para seniornya.
"Anak saya juga pernah mendapat hukuman karena telat mengantar makanan disuruh berdiri satu jam. Saya bilang ke kaprodi, dijawab "saya dulu lima jam". Bayangkan kakinya bengkak, suruh berdiri satu jam. Ya Allah," tangis Nuzmatun.
Anaknya itu juga kerap dibentak dan dimaki-'maki menggunakan kata kata kasar. Sebagai ibu, Nuzmatun merasa sangat sedih karena ia bahkan tidak pernah membentak atau memaki sang anak.
ADVERTISEMENT
"Ada bentakan-bentakan sementara saya besarkan anak saya dengan halus lemah lembut. Begitu masuk PPDS dididik dengan kata-kata kasar yang menggelegar. Beberapa kali saya sampaikan ke ketua prodi ya seperti itu," imbuh dia.
Saat ini, pihaknya masih menunggu proses hukum di Polda Jawa Tengah. Ia berharap, sang anak mendapat keadilan apalagi Undip dan Kariadi sudah mengakui adanya perundungan.
"Tolong bantu saya cari keadilan. Bantu lah saya, anak saya harusnya sekolah, cari ilmu. Tapi apa yang didapatkan. Seharusnya anak saya itu ada. Sekolah cari ilmu, tapi apa yang terjadi. Tidak hanya anak saya, suami saya juga.. Tolong bantu saya. Tolong bantu saya cari keadilan. Tidak hanya satu nyawa tapi suami saya yang mendampingi saya. Tolong bantu saya cari keadilan. Ya Allah," tangis Nuzmatun.
ADVERTISEMENT