Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Tangis Imam Masykur Telepon Ibu: Mak Cepat Kirim Uang, Saya Enggak Sanggup Lagi
2 November 2023 16:40 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Ibunda Imam Masykur, Fauziah, dihadirkan sebagai saksi dalam lanjutan sidang kasus pembunuhan terhadap anaknya oleh tiga orang oknum TNI. Sidang digelar di Kantor Pengadilan Militer II-08 Jakarta, Cakung, Jakarta Timur.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan tersebut, oditur militer, menanyakan momen saat Imam menelepon Fauziah untuk meminta uang Rp 50 juta. Uang itu diminta oleh tiga oknum TNI yang kini jadi terdakwa pembunuhan, Praka Heri Sandi dari Satuan Direktorat Topografi TNI Angkatan Darat, Praka Riswandi Manik oknum dari Paspampres dan Praka Jasmowir dari Kodam Iskandar Muda, sebagai pemerasan karena toko Imam menjual obat terlarang.
Imam menelepon ibunya dari dalam mobil, usai disiksa oleh para oknum TNI tersebut.
"Saya bilang dari mana kita dapat uang Rp 50 juta, uang itu banyak sekali, saya bilang. 'Emak cepat cepat cari Mak, dari mana saja sama saudara, ini saya dipukul keras, enggak tahan lagi Mak. Enggak kuat lagi saya dipukul keras' itu kata almarhum," kata Fauziah di depan majelis hakim, Kamis (2/11).
ADVERTISEMENT
Fauziah mengaku tak sekali ditelepon anaknya. Imam beberapa menit berselang kembali menelepon, tetapi dia lupa jamnya. Peristiwa tersebut terjadi pada 12 Agustus 2023.
"Iya habis itu Pak selang beberapa menit, saya enggak tahu jam berapa, habis itu telepon lagi. 'Mak cepat-cepat uang Mak, saya enggak sanggup lagi. Kirim cepat uang, saya sikit lagi mau mati'," ucap Fauziah.
Dia menyebut, suara anaknya itu terasa lemas. Kesulitan berbicara. Juga terdengar ada suara seperti tengah dipukul.
"Duk, dak, duk, dak?" tanya oditur militer soal bunyi pemukulan.
"Benar pak, sampai terdengar di kuping Ibu," jawab Fauziah.
Fauziah kemudian berupaya mencari uang ke mana-mana. Dia mengaku kesulitan.
"Kami orang miskin Pak," ucapnya.
Fauziah kemudian mencoba menghubungi anaknya lagi. Sebab dalam telepon terakhirnya, Imam menangis mengaku tidak kuat lagi. Namun pada sambungan telepon kali itu, yang mengangkat bukan Imam, tetapi salah satu dari oknum TNI. Saat itu, Fauziah mengaku mendapat ancaman.
ADVERTISEMENT
"Saya telepon lagi ke anak ibu, gimana keadaannya. Sebab saya dengar dia menangis. Waktu angkat telepon yang jawab mereka (terdakwa). 'Kalau Ibu sayang anak cepat kirim uang' Saya bilang 'Ibu sayang anak, tapi tolong anak ibu jangan dipukul lagi'," ucap Fauziah.
"Saya usahakan kirim uang, sebab saya orang miskin jangan pun Rp 50 juta, 1.000 pun tak ada. Dijawab mereka, 'Ibu kalau Ibu tidak kirim uang anak ibu saya bunuh saya buang ke sungai'," sambungnya.
Setelah itu, Fauziah mengaku terus mencoba mencari pinjaman uang. Akhirnya dia mendapat pinjaman Rp 50 juta dari bos tempat dia bekerja. Namun saat itu, handphone milik anaknya sudah tidak dapat dihubungi lagi. Dia hanya bisa duduk dan menangis.
ADVERTISEMENT
Belakangan terungkap bahwa Imam sudah meninggal dunia akibat dianiaya.
Dalam dakwaan, Imam dipukul di bagian wajah dan kepala serta dicambuk menggunakan kabel putih di bagian punggung. Imam, disebutkan, sempat mengaku jantungnya berdetak kencang dan tidak lama kemudian dia mengalami sesak napas.
Berdasarkan hasil Visum Et Repertum, Imam luka lecet pada wajah, luka robek pada dada kiri, serta tanda pembusukan dan mati lemas. Dari hasil visum diperkirakan korban meninggal dunia tiga hingga lima hari sebelum dilakukan pemeriksaan.
Kemudian ditemukan pula tanda-tanda lain yang sesuai dengan kekerasan benda tumpul. Tanda-tanda tersebut yakni berupa patah tulang rahang bawah, luka-luka lecet pada wajah dan leher, memar pada wajah, kepala, leher dan punggung. Hampir seluruh organ Imam alami pembusukan.
ADVERTISEMENT
Ada juga pendarahan otak, patah tulang rahang bawah dan tulang lidah.
Atas perbuatannya, ketiga oknum TNI didakwa pasal berlapis dengan ancaman hukuman mati.