Tangis Pecah Muslim Myanmar yang Rayakan Idul Fitri di Tengah Duka Gempa

31 Maret 2025 14:57 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Umat Muslim melaksanakan salat subuh untuk memulai perayaan Idul Fitri, yang menandai berakhirnya bulan puasa Ramadan di sebuah jalan dekat masjid yang hancur di Mandalay, Myanmar, Senin (31/3/2025). Foto: Sai Aung Main/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Umat Muslim melaksanakan salat subuh untuk memulai perayaan Idul Fitri, yang menandai berakhirnya bulan puasa Ramadan di sebuah jalan dekat masjid yang hancur di Mandalay, Myanmar, Senin (31/3/2025). Foto: Sai Aung Main/AFP
ADVERTISEMENT
Ratusan umat muslim berkumpul di jalanan Mandalay, Myanmar, untuk menunaikan salat Id. Meski demikian, momen salat Id ini berbeda dari sebelumnya karena warga harus berduka akibat gempa 7,7 magnitudo yang menghancurkan rumah dan menewaskan sanak keluarga mereka.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, Senin (31/3), isak tangis pecah dari jemaah wanita. Emosi itu menyebar ke ratusan jemaah pria yang berdiri di jalan di luar 2 masjid, di mana 20 jemaah tewas akibat gempa.
Isak tangis memenuhi atmosfer udara pagi. Suara imam pun pecah ketika dia berdoa untuk jemaah yang tewas.
"Kiranya Allah memberikan kedamaian bagi kita semua. Semoga semua saudara terbebas dari bahaya," kata imam.
Umat Muslim melaksanakan salat subuh untuk memulai perayaan Idul Fitri, yang menandai berakhirnya bulan puasa Ramadan di sebuah jalan dekat masjid yang hancur di Mandalay, Myanmar, Senin (31/3/2025). Foto: Sai Aung Main/AFP
Salat Id digelar umat muslim di Mandalay 3 hari setelah gempa berkekuatan 7,7 magnitudo memporak porandakan wilayah itu ketika salat Jumat.
Menara masjid Sajja Selatan di lingkungan muslim Mawyagiwah hancur akibat gempa, membunuh 14 anak-anak dan 2 orang dewasa. 4 orang lainnya tewas di masjid Sajja Utara yang berdekatan dengan masjid Sajja Selatan.
ADVERTISEMENT
Salah satu warga, Win Thiri Aung, masih berduka karena kehilangan keluarganya saat gempa. Momen Idul Fitri tahun ini bukanlah momen yang membahagiakan untuknya.
"Di masa normal, Idul Fitri merupakan momen penuh kebahagiaan," kata Win Thiri Aung.
"Tahun ini tidak seperti itu. Pikiran kami bersama dengan anak-anak yang tewas. Saya dapat melihat wajah mereka di mata saya," ujarnya.
Umat Muslim melaksanakan salat subuh untuk memulai perayaan Idul Fitri, yang menandai berakhirnya bulan puasa Ramadan di sebuah jalan dekat masjid yang hancur di Mandalay, Myanmar, Senin (31/3/2025). Foto: Sai Aung Main/AFP
"Kami percaya jiwa anak-anak dan mereka yang kami kenal yang telah tewas telah mencapai surga. Kami percaya mereka meninggal dengan bahagia," katanya lagi sambil menangis.
"Ini adalah cobaan dari Allah. Ini peringatan dari-Nya bahwa kita harus selalu menghadap kepada-Nya. Jadi kami harus lebih sering berdoa," tuturnya.
Terlepas dari duka yang mereka rasakan, banyak dari jemaah yang tetap memakai pakaian baru yang merupakan hadiah tradisional untuk merayakan Idul Fitri. Mereka berkumpul di dekat masjid yang hancur untuk melaksanakan salat bersama.
ADVERTISEMENT
"Kami harus berdoa di jalan, merasakan kesedihan dan kehilangan," kata pengurus masjid Sajja Utara, Aung Myint Hussein.
"Situasinya sangat buruk sehingga kami sulit untuk mengungkapkan apa yang terjadi. Kami sangat ketakutan ketika melihat kerusakan. Rasanya seperti hidup kami hancur oleh serangkaian gempa dan ketakutan ini," ujarnya.