Tanzania Diminta Lindungi Albino dari Ancaman Dijadikan Tumbal Pesugihan

8 November 2022 14:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perempuan dengan albino, Nastya Kumarova Foto: Pinterest
zoom-in-whitePerbesar
Perempuan dengan albino, Nastya Kumarova Foto: Pinterest
ADVERTISEMENT
Pemerintah Tanzania diminta untuk menindaklanjuti melonjaknya kasus penyerangan terhadap orang albino. Kelompok ini kerap dijadikan korban pesugihan di negara itu.
ADVERTISEMENT
Sebab, masih banyak penduduk yang mempercayai bahwa anggota tubuh orang albino dapat dijadikan tumbal untuk membawa kekayaan dan kekuasaan.
Desakan ini disampaikan oleh tiga kelompok pembela hak asasi manusia setempat, yakni Legal and Human Rights Centre (LHRC), Tanzania Albinism Society, dan Tanzania Human Rights Defenders Coalition (THRDC) dalam sebuah pernyataan bersama, pada Senin (7/11).
“Kami meminta polisi untuk memastikan semua orang yang terlibat dalam insiden ini ditangkap dan dibawa ke pengadilan,” bunyi pernyataan tersebut, seperti dikutip dari AFP.
Albino di Tanzania. Foto: REUTERS/Carlo Allegri
“Kami juga ingin investigasi insiden-insiden ini diperluas ke orang-orang seperti dukun tradisional yang terlibat dalam pasar gelap bagian-bagian tubuh [orang] albino,” imbuhnya.
Lebih lanjut, penyerangan terhadap kelompok albino sempat menurun pada 2019. Meski demikian, masih ada peningkatan penemuan tubuh dan tulang mereka yang digali dari kuburan. Ada pula tulang-tulang mereka yang diperjualbelikan.
ADVERTISEMENT
Tetapi, pada tahun ini kasus penyerangan terhadap kelompok albino di Tanzania kembali meningkat. Contohnya, pada awal bulan ini orang albino teridentifikasi bernama Joseph Mathias (50) diserang saat ia sedang tertidur oleh seorang pria bersenjata yang memotong lengan kanannya. Mathias kemudian meninggal dunia.

Anak-anak Albino yang Jadi Sasaran Tumbal Pesugihan

Sebelumnya, pada 2019 silam, sebanyak 10 anak Tanzania yang menjadi korban penculikan ditemukan tak bernyawa. Alat kelamin serta organ pernapasannya dimutilasi.
Wakil Menteri Kesehatan Tanzania Faustine Ndugulile pada Senin (28/1/2019) mengatakan, ke-10 anak itu hilang sejak Desember 2018 . Mereka merupakan penduduk distrik Njombe, barat daya Tanzania.
“Sejauh ini, kami sudah menemukan 10 jenazah, dan bagian vital serta gigi mereka sudah tak berada di tubuh,” kata Ndugulile seperti dikutip dari CNN.
Albino di Tanzania. Foto: REUTERS/Carlo Allegri
“Pembunuhan semacam ini terkait dengan praktik sihir, ada tren kriminal para dukun meminta bagian tubuh untuk pesugihan,” jelas dia.
ADVERTISEMENT
Tanzania merupakan merupakan negara dengan praktik pembunuhan anak-anak albino tertinggi di dunia. Sebanyak 1.500 anak albino tewas dibunuh untuk praktik perdukunan di Tanzania.
Diduga tingginya angka pembunuhan itu karena kurangnya edukasi dan toleransi terhadap anak-anak albino.
Albino atau albinisme adalah kondisi genetik yang dimiliki seseorang, ketika pigmen melanin yang memberikan warna kulit, rambut, dan mata jumlahnya lebih sedikit.
Albino di Tanzania. Foto: REUTERS/Carlo Allegri
Kondisi ini dialami oleh ratusan ribu orang di seluruh dunia — terutama di Afrika. Di benua ini kasus penyerangan terhadap orang albino justru paling banyak terjadi.
Sebuah badan amal berbasis di Kanada yang memerangi diskriminasi, Under The Same Sun, mencatat kasus-kasus kekerasan serupa tersebar di seluruh benua Afrika.
Mereka menempatkan Burundi, Republik Demokratik Kongo, Malawi, Mozambik, dan Tanzania sebagai negara-negara dengan kasus terhadap orang albino tak kalah banyak dari Tanzania.
ADVERTISEMENT