Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Tarif Air Bersih yang 'Mencekik' Warga Rusun Rawa Bebek
11 November 2017 21:41 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Manusia dan air adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya. Pasalnya, selain dibutuhkan oleh tubuh untuk dikonsumsi, air juga menjadi salah satu komponen terpenting bagi manusia dalam menjalankan berbagai macam aktivitas sehari–hari.
ADVERTISEMENT
Tidak terkecuali bagi warga Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur. Meski kebutuhan akan air pada dasarnya sudah cukup terpenuhi, beberapa warga masih menyimpan keluhan tentang tarif air yang belakangan ini dirasa menjadi cukup mahal.
Untuk mengetahui hal tersebut, kumparan menyambangi lokasi Rusunawa Rawa Bebek pada Kamis pagi (9/11). kumparan ingin mendapatkan cerita secara langsung dari warga setempat mengenai hal tersebut.
Saat itu suasana cukup ramai. kumparan pun langsung berjalan menuju rumah Ketua Rukun Warga (RW) setempat yang menurut informasi warga sekitar berada di blok B lantai 2.
Selain dari bangunannya yang terlihat lebih modern, sambil berjalan, kami melihat lingkungan Rusunawa Rawa Bebek memang cukup terawat. Ada petugas kebersihan dan keamanan yang stand by setiap harinya di tempat tersebut.
ADVERTISEMENT
Pemandangan yang sama juga terlihat saat sampai di setiap lantainya. Lorong – lorong rusun tampak bersih dan terawat. Meteran air pun terpasang secara rapi di samping setiap pintu rumah tanpa ada semerawut pipa-pipa air.
Kami pun akhirnya sampai di rumah Ketua RW. Sayang, menurut keterangan sang istri, pada saat itu suaminya baru saja beristirahat setelah kerja lembur semalaman sehingga tidak dapat diganggu.
Akhirnya kami diarahkan untuk bertemu Wakil Ketua RW yang rumahnya terletak di ujung lorong lantai tersebut. Kebetulan, saat itu ia sedang berada di tempat tinggalnya dan bersedia kami wawancara.
Suhartono (37), mengaku sudah tinggal di Rusunawa Rawa Bebek sejak 11 April 2016. Sebelumnya ia berasal dari wilayah Pasar Ikan, Jakarta Utara dan sempat tinggal selama satu tahun di Rusun Lajang bersama istri dan anak - anaknya.
ADVERTISEMENT
Saat ditanyai mengenai tarif harga air, menurut keterangannya, dari 8 rukun tetangga (RT) yang berada di bawah RW 17, sudah ada perwakilan dari blok B, C, D yang mengeluhkan tentang hal tersebut. Yang menjadi keluhan utama beberapa warga Rusunawa Rawa Bebek ialah tarif harga yang menjadi jauh lebih tinggi saat pemakaian air mencapai lebih dari sepuluh kubik.
“Ini memang sebagian, karena pemakaiannya itu rata-rata di atas sepuluh kubik. Jadi dia masalah harga kalau 10 kubik itu kan, dari satu sampai sepuluh (harganya) Rp 1.250, di atas sepuluh kubik, Rp 7.500. Nah jadi, kalau warga, sebagian itu kan satu unitnya itu ada yang punya mantu, punya anak, banyak yang lebih dari tujuh anggota keluarga. Otomatis kalau pakai air itu diatas 10 kubik dalam sebulan itu. Ya warga keberatan lah,” ucap Suhartono.
ADVERTISEMENT
Ia juga menjelaskan bahwa tarif harga air Rp 1.250 per kubik untuk sepuluh kubik pertama itu baru berlaku selama tiga bulan belakangan ini. Sebelum itu, harga air per kubiknya adalah Rp 5.500, tanpa ada kenaikan setelah pemakaian lebih dari sepuluh kubik. Meskipun demikian, ia mengaku masih merasa cukup puas dengan kualitas air yang didapat, meski tidak berani menggunakannya untuk konsumsi sehari - hari.
Sedikit berbeda dari Suhartono, Sarman (42), warga Rusunawa Rawa Bebek yang berada di wilayah Summarecon, justru mengaku mempunyai keluhan, terkadang air di rumahnya mati. Bulan kemarin saja, air mati dua kali.
“Kalau keluhan sih hampir semua warga pasti ada keluhan. Ya kadang suka mati, kalau di saya memang kadang suka mati. Jarak satu jam berikutnya memang ngalir lagi,” jelas Sarman.
Saat ditanyai soal rincian penggunaan air, Sarman mengaku agak kesulitan untuk mengetahui hal tersebut. Pasalnya, tagihan untuk sewa unit dan air selalu digabung menjadi satu.
ADVERTISEMENT
“Karena hitungan juga kadang kadang susah kalkulasinya, karena kita setiap ada tagihan kan digabung, kalau di tempat lain kan (bisa mengetahui) bulan ini habisnya sekian. Kalau kita enggak tahu gitu berapa yang kita pakai bulan ini. Taunya tagihan sekian, ya kita harus bayar. Ya karena penjelasannya enggak ada aja,” ucap Sarman.
Keduanya berharap persoalan tentang tarif harga air yang tadi dijelaskan bisa berangsur berubah menjadi lebih murah.