Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Aksi tawuran di Jakarta pecah beberapa hari belakang. Yang terbaru kasus tawuran di Manggarai, Jakarta Selatan. Tawuran pertama terjadi pada Minggu (4/5), kemudian kembali terjadi pada Selasa (6/5) sore. Kedua peristiwa itu terjadi di underpass Manggarai.
ADVERTISEMENT
Aksi tawuran pemuda, anak sekolah, bahkan warga kerap kali terjadi di Jakarta. Masalah ini seperti tak pernah selesai.
Kini, aksi tawuran kerap kali berangkat dari media sosial. Saling ejek satu sama lain lalu berujung perkelahian. Saat jalanan ibu kota disulap jadi 'ring tinju'.
Berawal dari Provokasi, Lalu Live IG
Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Karyoto, menyebut tawuran yang terjadi di Jakarta seringkali bermula dari tantangan di media sosial. Aksi tawuran itu kemudian disiarkan secara langsung di Instagram.
"Tawuran sekarang modelnya pakai Instagram. Istilahnya Instagram tantang-menantang, kemudian ketemu di suatu tempat dan live Instagram. Tawuran live Instagram," kata dia usai menerima kunjungan Komisi III DPR dan Kajati DKI di Polda Metro Jaya, Kamis (8/5).
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah fenomena ini kembali berulang, polisi sudah melakukan deteksi dini dengan cara mengikuti sejumlah akun Instagram yang sering memprovokasi tawuran.
Selain deteksi dini, polisi juga rutin melakukan penyuluhan ke masyarakat sebagai upaya pencegahan.
Tawuran Kini Bawa Air Keras
Karyoto mengakui anggotanya sering menjadi korban penyiraman air keras oleh pelaku tawuran. Sehingga kini para personel dilengkapi dengan helm full face ketika hendak membubarkan tawuran.
"Sudah banyak dari rekan-rekan kami, anggota kami yang disiram air keras oleh pelaku tawuran sehingga kami sekarang kalau patroli sudah pakai full face ya, helm yang dilindungi," kata dia.
Karyoto pun menambahkan, pelaku tawuran yang nekat melawan anggota bakal ditindak tegas sesuai ketentuan yang berlaku. Polisi tak akan pandang bulu.
ADVERTISEMENT
"Kalau dia sudah membahayakan keselamatan orang lain, keselamatan petugas, kami akan melakukan tindakan tegas yang terukur," ujar dia.
Respons Gubernur DKI Jakarta
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyoroti aksi tawuran yang terjadi di kawasan padat penduduk di Manggarai, Jaksel, dalam sepekan terakhir. Ia menyebut Pemprov DKI Jakarta akan mengambil langkah pencegahan dan penanganan secara tegas bersama Satpol PP dan aparat kepolisian.
“Jadi tawuran di Jakarta ini ada dua cara, pencegahan dan juga penanganannya. Untuk pencegahan saya sudah meminta karena Kepala Dinas [Satpol PP] kemarin masih dirangkap dengan Damkar, sekarang Kepala Dinas Satpol PP, khusus Satpol PP, maka saya minta untuk berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk mencegah melakukan tawuran yang ada,” ujar Pramono di Jakarta, Kamis (8/5).
ADVERTISEMENT
Menurut Pramono, tawuran di Jakarta bukan hanya soal konflik antarkelompok, tapi juga dipicu kondisi para pelaku yang tidak sepenuhnya sadar saat kejadian.
Pram mengaku melihat langsung konten video tawuran yang beredar di media sosial, dan merasa ngeri karena banyak pelaku membawa senjata tajam.
“Saya terus terang melihat di YouTube konten tawuran itu, saya ngeri karena banyak yang membawa senjata tajam dan untuk itu saya akan segera saya akan segera yang seperti ini akan kita tangani dengan cara tegas,” ujarnya.
Mungkinkah Hidupkan Lagi Polisi RW?
Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Karyoto, mengatakan pihaknya memang menerima usulan dari Komisi III DPR agar polisi RW kembali dihidupkan. Namun hal ini menurutnya tak bisa menjadi satu-satunya solusi.
ADVERTISEMENT
"Ini tadi menjadi salah satu sorotan dari anggota komisi juga, bahwa kalau mungkin apa polisi RW dihidupkan? sebenarnya mungkin kalau jumlah polisinya banyak," ujar Karyoto usai menerima anggota Komisi III DPR, Kajati DKI, hingga BNN di Mapolda Metro Jaya, Kamis (8/5).
Polisi RW merupakan polisi yang menempel di setiap RW yang ada di Jakarta. Program ini pertama kali dibentuk oleh eks Kapolda Metro Jaya yang kini Kabaharkam Polri, Komjen Pol Fadil Imran.
Di setiap RW itu ditempatkan seorang polisi yang menjadi mitra para pengurus RW. Apabila ada suatu persoalan, Pak RW atau pengurus RW bisa langsung lapor ke polisi RW ini.
Nantinya, polisi RW ini yang menjembatani ke Kapolsek atau pihak terkait. Masyarakat jadi akan lebih mudah dan dekat dengan polisi.
ADVERTISEMENT
Karyoto mengatakan, dengan jumlah personel Polda Metro Jaya yang berjumlah 29 ribu untuk menjaga kota berpopulasi puluhan juta, sangat tidak mungkin untuk menghidupkan polisi RW.
"Tadi saya hitung 22 juta penduduk Jakarta dengan polisi, jumlah polisi 29 ribu, itu masih dikurangi ASN mungkin sekitar 3 atau 4 ribu. Kalau satu polisi harus menjaga 758 (RW), ini yang sangat tidak mungkin ketika kita harus menghidupkan polisi RW. Artinya, kalau harus dihidupkan polisi RW kan 1 RW itu satu polisi. Belum mencukupi jumlahnya," jelas Karyoto.
Seandainya jumlah personel kepolisian mencukupi, kata Karyoto, polisi RW dapat dihidupkan kembali karena dapat melakukan deteksi kejahatan dini.
Lalu apa siasat Polda Metro Jaya untuk memberantas premanisme dan tawuran yang kian marak?
ADVERTISEMENT
"Nah, kemudian upaya pemberantasan pencegahan tawuran, kami sudah aktif sejak mengikuti IG (Instagram). Tawuran sekarang modelnya pakai IG. Istilahnya IG tantang menantang, kemudian ketemu di suatu tempat dan live IG. Tawuran live IG. Kalau itu cuma main-main sih nggak apa-apa, tapi ini kan tawurannya beneran, matinya juga beneran juga. Nah, ini yang jadi masalah," ungkap Karyoto.
Menurutnya, pihaknya telah berupaya semaksimal mungkin, bahkan ada puluhan perkara yang dilacak sejak awal.